Pedagang Khawatir Harga Mi Instan Naik: Takut Pembeli Berkurang dan Bisa Rugi

15 Agustus 2022 19:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deretan mi instan di warung Jati Padang Poncol.  Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deretan mi instan di warung Jati Padang Poncol. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pedagang yang menyediakan menu utama mi instan mulai khawatir saat mendengar kabar naiknya harga produk tersebut. Kabar naiknya harga mi instan mulai ramai dibicarakan setelah impor gandum yang dilakukan Indonesia dari Ukraina terhambat imbas terjadinya perang Rusia dengan Ukraina.
ADVERTISEMENT
Yani, seorang pemilik warung di daerah Lebak Bulus Jakarta Selatan, mengkhawatirkan keberlangsungan bisnisnya jika harga mi instan naik. Saat ini, ia belum menaikkan harga mi instan yang disajikannya.
“Sekarang sih belum [naik harga], tapi was-was nonton berita terus katanya harga Indomie akan naik tiga kali lebih mahal. Nanti kalau harga naik, takut kurang pembeli, tapi kalau terlalu murah jualnya, saya nggak untung,” ujar Yani kepada kumparan, Senin (15/8).
Perempuan asal Cirende itu mengatakan jika harga mi instan naik drastis, ia akan mengubah fokus jualannya dengan makanan selain mi instan. Ia menyebut salah satunya menjual gado-gado.
Sementara itu, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno mengungkapkan pihak yang paling berdampak kenaikan harga mi instan ini adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sebab, kata Agus, bahan baku mi instan yaitu gandum, terganggu pasokannya.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari sisi konsumen akan berubah pemikirannya untuk memandang gandum bukan lagi sebagai kebutuhan pokok.
“Dari sisi konsumen, kenaikan harga akan mengubah mindset orang Indonesia terhadap gandum yang dipandang sebagai kebutuhan. Produk-produk gandum kemungkinan akan berkurang," ujar Agus.
YLKI Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Agus merasa produsen mi instan tidak akan terlalu terpengaruh oleh kenaikan harga ini. Selain memiliki stok yang memadai, ia menganggap produsen mi instan akan memiliki alternatif produksi jika harga tidak lagi bersaing.
Lebih lanjut, Agus menganggap kenaikan harga mi instan sebenarnya juga dapat mendorong inovasi pemerintah untuk mengembangkan bahan baku lain sebagai pengganti gandum, seperti sorgum dan tepung singkong.
Ia berharap pemerintah melepaskan kebergantungan terhadap impor gandum dan dapat berkreasi dengan bahan baku alternatif secara nasional.
ADVERTISEMENT

Harga Mi Instan di Alfamidi dan Warung Naik

Berdasarkan pantauan kumparan di Alfamidi Jati Padang, Jakarta Selatan, pada Senin (15/8) harga mi instan dijual Rp 3.000 per bungkus. Sementara, Alfamidi menjual mi goreng sebesar Rp 3.100 per bungkus.
Harga Indomie tipe lainnya yaitu Indomie rasa soto Rp 3.000, Indomie Kaldu ayam sebesar Rp 3.100, dan Indomie ayam spesial sebesar Rp 3.100. Harga mi instan merek lain seperti Sedaap Mie Instan Goreng dibanderol dengan harga Rp 3.100.
Begitu pula harga yang sama dikenakan untuk produk Sedaap Mie Ayam Spesial. Sedangkan Sedaap Mie Soto dan Sedaap Baso Spesial dijual dengan harga Rp 3.000.
“Iya harga (mi instan) naik. Besok pergantian lagi harganya sampai akhir bulan,” ujar Aprilia, pegawai di Alfamidi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, seorang pemilik warung di Jatipadang Poncol, Usman, mengamati harga mi instan sudah naik sejak setelah Lebaran. Usman juga menaikkan harga mi instan di warungnya.
Untuk merek Indomie dan Sedaap semua varian, ia menjual dengan harga yang sama yaitu Rp 3.500 per bungkus. Usman khawatir harga mi instan bisa melonjak lagi.
“Kenaikannya sekitar Rp 500 per bungkus. Bisa-bisa harga mi instan tembus Rp 4.000 per bungkus,” kata Usman.
***
Reporter: Nabil Ghazi Jahja