Pedagang Resah Thrifting Ditindak, Omzet Akhir Pekan Bisa Rp 3 Juta

19 Maret 2023 16:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baju bekas impor yang dijual di Pasar Senen, Minggu (19/3). Foto: Nabil Jahja/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Baju bekas impor yang dijual di Pasar Senen, Minggu (19/3). Foto: Nabil Jahja/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah gencar memberantas baju bekas impor lantaran dinilai mencederai UMKM dan industri tekstil, serta mengancam kesehatan konsumen.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini membuat banyak pedagang resah. Aktivitas thrifting (penjualan baju bekas) merupakan mata pencarian utama mereka.
Pedagang Pasar Senen bernama Komang mengatakan, baju bekas impor merupakan barang yang diminati seluruh kalangan. Baik dari masyarakat menengah ke bawah maupun menengah ke atas.
Ia mengatakan pada akhir pekan, omzet dari penjualan barang bekas dapat mencapai Rp 3,5 juta.
“Omzet dari baju impor kita di weekend itu pernah tembus Rp 3,5 juta, itu baru-baru ini ya, kan sekarang orang sudah berani ke pasar lagi. Kalau hari biasa mungkin Rp 400 ribu-an lah,” kata Komang kepada kumparan, Minggu (19/3).
Komang mengaku barang impor yang ia terima mayoritas berasal dari China. Ia mengatakan meski barang yang sampai ke tokonya barang bekas, kualitasnya masih sangat layak pakai dan dalam keadaan cukup bersih.
ADVERTISEMENT
“Paling saya harus cuci sekali agar lebih aman ya, kan yang dikeluhkan itu ya. Tapi barang-barang dari Tiongkok ini bagus-bagus, bahkan dicari pelanggan,” sambungnya.
Penjual baju bekas lainnya, Deka, mengatakan barang yang biasa ia jual berasal dari Korea Selatan dan Jepang. Ia mengatakan omzet penjualan baju bekas berkisar di Rp 2 juta.
“Kalau sedang ramai begini memang kita bisa dapat Rp 2 juta, itu kalau Sabtu dan Minggu. Barang biasanya dikirim dari Bandung, tapi impor Korea dan Jepang asalnya. Kualitas juga oke, Rp 20.000 dapat barang branded,” ujar Deka kepada kumparan.
Baju bekas impor yang dijual di Pasar Senen, Minggu (19/3). Foto: Nabil Jahja/kumparan
Deka mengeluhkan kebijakan pemerintah untuk memusnahkan barang bekas impor, karena menurut dia, hal itu tidak akan meningkatkan penjualan UMKM. Ia berpesan pemerintah harus lebih dulu meningkatkan kualitas barang-barang UMKM yang dijual di pasaran, agar dapat bersaing dengan barang impor.
ADVERTISEMENT
“Seharusnya menteri terkait memperkuat UMKM, sanggup nggak UMKM bersaing dengan barang impor? Sanggup nggak UMKM ini menyediakan harga Rp 10.000, Rp 5.000 dengan kualitas tinggi? Masalahnya kan belum, makanya belum dilirik pelanggan,” kata Deka.