Peluang Ekspor RI di Tengah Tantangan Perang Tarif AS-Tiongkok

30 April 2025 15:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
indonesia Eximbank. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
indonesia Eximbank. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketegangan perdagangan global akibat kebijakan tarif baru antara Amerika Serikat dan Tiongkok, memberikan peluang ekspor Indonesia untuk memperluas pasar.
ADVERTISEMENT
Kerja sama internasional seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), BRICS, dan berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA) menjadi pintu masuk strategis untuk mendorong ekspor nasional.
Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani, menjelaskan bahwa komoditas seperti minyak sawit, ikan sarden, gula, dan produk rumah tangga seperti sampo memiliki potensi perdagangan yang belum tergarap maksimal di negara-negara anggota BRICS dan TPP.
Potensinya ditaksir mencapai USD 9,8 juta untuk minyak sawit, USD 23 juta untuk sarden, USD 5,4 juta untuk gula, dan USD 32,9 juta untuk produk rumah tangga.
Menurut Rini, eksportir nasional perlu merespons tantangan proteksionisme global dengan inovasi, eksplorasi pasar baru, serta peningkatan daya saing. Diversifikasi pasar dan pemanfaatan kerja sama ekonomi internasional menjadi langkah penting untuk memperluas akses ekspor.
Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani
Indonesia Eximbank, katanya, tak hanya mendukung pembiayaan, tapi juga menyediakan layanan intelijen pasar, analisis buyer, hingga pendampingan untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan eksportir.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang didorong adalah kemampuan eksportir dalam mengidentifikasi buyer kredibel dan menjaga kualitas produk agar mendorong pesanan berkelanjutan (repeat order).
Rini juga mengingatkan bahwa perang tarif antara AS dan Tiongkok akan berdampak langsung terhadap sekitar 10 persen ekspor Indonesia ke AS. Dampak tidak langsungnya dirasakan melalui persaingan ketat akibat pengalihan ekspor dan rantai pasok dari Tiongkok ke negara lain, termasuk Indonesia.
Meski demikian, Indonesia tetap optimistis. Ekspor nasional pada Januari–Maret 2025 tumbuh 6,9 persen, ditopang oleh komoditas utama seperti CPO, besi dan baja, serta mesin dan peralatan listrik. Sebanyak 60,5 persen ekspor Indonesia berasal dari lima sektor utama: minyak nabati (12,8 persen), bahan bakar mineral (12,8 persen), besi dan baja (10,3 persen), mesin listrik (6,7 persen), serta kendaraan dan bagiannya (6,4 persen).
ADVERTISEMENT
Saat ini, produk ekspor Indonesia telah menjangkau 192 negara, dengan 65,8 persen terkonsentrasi pada 10 mitra utama: Tiongkok, AS, India, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, dan Belanda. Tiongkok dan AS menjadi dua pasar terbesar, menyumbang 33,9 persen dari total ekspor Indonesia.
Untuk memperluas pasar dan produk ekspor, Indonesia Eximbank mendorong pelaku usaha memanfaatkan program pemerintah seperti Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Kawasan, yang menyasar negara-negara potensial di Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah.
"Jika kita mampu memanfaatkan peluang pasar baru dan memperkuat kerja sama internasional, ekspor Indonesia akan terus tumbuh dan memperkuat posisi di pasar global," tutup Rini.