Pemerintah Diminta Turun Tangan Atasi Persoalan Tarif Jasa Kurir

25 Agustus 2021 18:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menyortir paket untuk dikirim ke alamat tujuan di Gudang SiCepat Hub, Pluit, Jakarta, Jumat (7/5/2021). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menyortir paket untuk dikirim ke alamat tujuan di Gudang SiCepat Hub, Pluit, Jakarta, Jumat (7/5/2021). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah diminta untuk turun tangan menyelesaikan persoalan terkait tarif jasa pengiriman kurir. Kurir mengalami berbagai persoalan dalam pekerjaannya, salah satunya terkait penentuan tarif dari aplikator, yang bisa seenaknya memainkan harga.
ADVERTISEMENT
“Khususnya buat pemerintah untuk intervensi aplikator-aplikator yang mereka memainkan aturan tarif yang ada, entah itu berlaku untuk kurir atau mungkin lain, layanan yang lain,” kata Perwakilan Driver Lalamove, Ade Putra, saat acara yang disiarkan di instagram change.org Indonesia, Rabu (25/8).
Ade mengungkapkan di aplikator tempatnya bekerja mulanya pada 2018 tarifnya Rp 16.000 per tarif dasar. Ia menjelaskan hitungan tarif dasar Rp 16.000 itu sekitar 5 kilometer.
Sedangkan sekarang tarif dasar Rp 8.000 per 4 kilometer. Jadi jatuhnya Rp 2.000 per kilometer. Kondisi tersebut belum kemungkinan dipotong 20 persen dari pihak aplikator.
Ade mengaku sudah pernah berupaya menyampaikan keluhannya secara langsung ke aplikator. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
“Mereka seperti merasa status hanya mitra jadi secara kekuatan hukum enggak kuat. Sudah bawa atas nama komunitas. Komunitas ditanya balik jumlah anggota kalian berapa? Sedangkan jumlah driver Lalamove di Indonesia berapa? Tidak mewakili katanya,” ujar Ade.
ADVERTISEMENT
Ade menyayangkan kondisi tersebut dialami kurir. Sebab, kata Ade, kurir menjadi pekerjaan yang tetap bertanggung jawab mengirimkan barang termasuk di masa pandemi COVID-19.
“Di masa pandemi kita berkorban, kita di lapangan mempertaruhkan nyawa dalam kata artian kondisi sedang corona, tetap kita harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga kita. Kita jalanin, kami berjuang untuk keluarga kita,” ungkap Ade.
“Kalau tidak berjuang mau makan apa anak, istri kita di rumah. Walaupun keadaan seperti ini kita tetap profesional. Sedangkan taruhannya ya itu banyak sekali, keselamatan di jalan dan sebagainya,” tambahnya.