Pemerintah Siapkan Rumah Knock Down Tipe 36 untuk Korban Gempa Lombok

21 Agustus 2018 15:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Danis Sumadilaga (20/8/2018). (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Danis Sumadilaga (20/8/2018). (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan membangunkan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dengan ukuran tipe 36, bagi warga Lombok yang rumahnya ambruk akibat gempa. Hasil identifikasi sementara, 36.000 rumah warga rusak parah akibat gempa berkekuatan 7,0 magnitudo.
ADVERTISEMENT
Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danis H. Sumadilaga, mengatakan rumah yang akan dibangun menggunakan sistem panel. Sehingga pembangunannya akan lebih cepat rampung.
"Dengan ukuran tipe 36 dan biaya tiap 1 meter persegi sekitar Rp1,5 juta maka biaya yang dibutuhkan sekitar Rp50 juta per unit rumah,” kata Danis melalui pernyataan tertulis, Selasa (21/8).
Dia menjelaskan, material paling mahal yakni besi dan semen. Dua barang tersebut akan dipasok oleh BUMN untuk memastikan harga pembangunannya sama. Semua material pembangunan rumah berasal dari dalam negeri, tak ada yang diimpor.
"Hingga saat ini, sudah dimulai pembangunan 20 unit Risha dan 4 Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) yang akan digunakan sebagai rumah petugas, mushalla dan rumah sakit yang sifatnya sementara,” ujarnya.
Dua orang korban gempa mandi dekat rumah mereka yang roboh pascagempa di Dusun Lengkukun, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang korban gempa mandi dekat rumah mereka yang roboh pascagempa di Dusun Lengkukun, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, NTB, Sabtu (11/8/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
Dari hasil identifikasi sementara, lanjutnya, terdata 36.000 rumah dan sekitar 78 fasilitas publik rusak berat.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Kepala Pusat Litbang Permukiman Kementerian PUPR, Arief Sabarudin, memaparkan teknologi Risha menggunakan panel knock down sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya. Selain itu, biayanya juga lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional.
Konstruksi rumah tahan gempa yang rencananya bakal dibangun, bisa menahan gempa berkekuatan 7 skala richter (SR). Sebelum pembangunan, juga diperlukan langkah mitigasi bencana karena Lombok termasuk salah satu wilayah rawan gempa.
Arief seperti dikutip dari Antara mengatakan, produksi panel-panel beton Risha akan dilakukan di workshop sehingga kualitas dan ukurannya bisa terstandarisasi. Panel beton tersebut kemudian akan disebar dan pemasangannya dilakukan oleh masyarakat dengan pendampingan dari Kementerian PUPR.
Wisatawan asing menyeret koper pascagempa di Kecamatan Pemenang,Tanjung, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). (Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan asing menyeret koper pascagempa di Kecamatan Pemenang,Tanjung, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). (Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
"Untuk memproduksi panel beton akan dilakukan di workshop. Misalnya, melalui peran salah satu BUMN Karya yang sudah menyatakan siap untuk membuka workshop disana. Produksi panel beton juga terbuka bagi perusahan kecil menengah lainnya, karena kebutuhan panel betonnya jumlah banyak dan rentang waktu yang cepat," papar Arief.
ADVERTISEMENT
Untuk tahap awal, Puslitbang Permukiman pada Selasa (14/8) telah mengirimkan panel-panel beton Risha dari Jakarta dan Denpasar yang dapat digunakan untuk membangun 20 unit Risha beserta tenaga ahli Risha.
Menurut dia, aplikasi Risha untuk rekonstruksi rumah-rumah yang hancur pasca bencana sudah banyak dilakukan di berbagai tempat seperti rekonstruksi rumah pasca gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias tahun 2004, gempa bumi di Yogyakarta pada 2006 dan bencana erupsi Gunung Sinabung pada 2015.