Pemprov Kesulitan Pertahankan Sawah di DKI karena Dikuasai Pengembang

19 Juli 2018 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petak sawah tersisa di Ibu Kota (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petak sawah tersisa di Ibu Kota (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Keberadaan sawah-sawah di DKI Jakarta mungkin akan menjadi kenangan dalam kurun waktu 5 hingga 6 tahun mendatang. Areal persawahan yang masih tersisa di Jakarta memang didominasi oleh kepemilikan swasta. Pemprov DKI Jakarta pun tidak dapat berbuat banyak.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2017, luasan sawah di DKI Jakarta sebesar 571,17 hektare yang tersebar di Jakarta Utara seluas 408 hektare (71 persen), Jakarta Barat seluas 90,56 hektare (16 persen), dan Jakarta Timur seluas 72,61 hektare (13 persen). Jumlah itu menyusut 14 persen.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengaku kesulitan untuk mempertahankan eksistensi sawah di DKI Jakarta. Penyebabnya, 80 persen areal persawahan di DKI Jakarta dimiliki oleh pengembang sedangkan sisanya dimiliki oleh pribadi. Dia mengungkapkan Pemprov DKI Jakarta hanya memiliki sawah abadi dengan luas areal hanya 6,8 hektare. Bagi Sandi, hanya itu yang bisa dipertahankan.
"Saat ini terdapat sawah abadi yang akan tetap dipertahankan sebagai sawah seluas 6,8 hektare di Ujung Menteng (Cakung), Jakarta Timur. Bukan di Jakarta Utara, bukan di Rorotan tempat Pak Sekda," tegas Sandi kepada kumparan, Kamis (19/7).
ADVERTISEMENT
Sandi menjelaskan posisi Jakarta bukanlah sebagai tempat produksi beras tetapi Ibu Kota yang mengarah ke kota metropolitan. Kebutuhan beras Jakarta banyak disuplai dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Suasana sawah di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana sawah di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
"Seperti kita ketahui Jakarta perlu 90 ribu sampai 100 ribu ton. Sedangkan kemampuan kita untuk lahan sangat kecil dan itu sangat-sangat jauh di bawah situ," imbuhnya.
Ke depan, Pemprov DKI Jakarta hanya akan memaksimalkan lahan tidur untuk ditanami tanaman hortikultura bukan padi. Tanaman hortikultura dipandang lebih efisien karena tidak memerlukan areal tanam yang luas.
"Untuk waktu 5 sampai 6 tahun ke depan petani sawah akan diarahkan ke pertanian hortikultura untuk sayuran, tanaman obat keluarga (toga) dan tanaman hias yang lebih sesuai dengan kondisi DKI Jakarta," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin memandang lahan persawahan yang ada di DKI Jakarta layak dipertahankan khususnya sawah abadi. Hal ini dilakukan agar Jakarta mampu memasok beras untuk daerahnya sendiri walaupun memang jumlahnya tak besar. Kebutuhan beras Jakarta sangat bergantung dari daerah lain.
"Itu yang Pak Wagub sampaikan. Itu semaksimal mungkin dipertahankan supaya sawah ini produktif dan (hasilnya) bisa menyuplai ke masyarakat Jakarta," jelasnya.