Penanganan Dampak COVID-19 Butuh Kecepatan Ketimbang Presisi Kebijakan

15 Mei 2020 18:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di depan pintu masuk Pasar Tanah Abang yang tutup di Jakarta Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di depan pintu masuk Pasar Tanah Abang yang tutup di Jakarta Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Tren jumlah pasien positif virus corona COVID-19 di Indonesia masih terus meningkat, belum ada tanda-tanda sampai ke puncak apalagi menurun. Hal ini cukup mengkhawatirkan, karena dampaknya diprediksi masih akan berlangsung lama.
ADVERTISEMENT
Pengajar Pasca-sarjana Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, bahkan memproyeksikan pandemi virus corona masih akan dialami Indonesia setidaknya sampai akhir tahun.
"Tentu ini dampaknya sangat besar, sehingga dalam situasi krisis seperti ini dibutuhkan kebijakan penanganan yang cepat. Dalam situasi normal, kebijakan harus akurat, presisi, penuh pertimbangan. Tapi dalam situasi krisis kecepatan lebih penting daripada presisi kebijakan," kata mantan Staf Khusus Wakil Presiden Jusuf Kalla itu dalam kuliah online yang diselenggarakan Program Studi Magister Manajemen Universitas Paramadina, Jumat (15/5).
Wijayanto menggambarkan, pandemi virus corona dampak ekonominya lebih berat daripada krisis moneter 1998. Dalam krisis di masa Orde Baru itu, yang terdampak paling besar adalah korporasi. Terutama yang terkoneksi dengan sistem keuangan dan perbankan.
Infografik Skenario Pemulihan Ekonomi RI. Foto: kumparan
Sementara krisis saat ini menerpa semua sektor ekonomi, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Sektor itu pada krisis moneter 1998 justru sangup bertahan dan menjadi salah satu penopang perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
"Waktu krismon 1998, sektor komoditas seperti petani kakao, petani karet, usaha pertambangan, mereka justru pesta pora menikmati penguatan nilai tukar dolar AS. Pendapatannya dari ekspor naik. Tapi sekarang semuanya kena," ujarnya.
Wijayanto Samirin. Foto: Twitter/@Wija_Samirin
Dia memperkirakan, dampak ekonomi yang meluas dari pandemi virus corona, akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 ini tertekan di kisaran minus 2 hingga minus 4 persen. Kemudian akan mengalami recovery dan pertumbuhan ekonomi stagnan di rata-rata baru pada kisaran 4 hingga 5 persen.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.