Pengusaha Dorong Perdagangan Bebas RI-Eropa Disepakati Tahun Ini

31 Januari 2018 15:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
ADVERTISEMENT
Pengusaha yang dipelopori Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah secepatnya menyepakati perundingan kerja sama Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA). Dengan adanya I-EU CEPA, Indonesia akan diuntungkan baik dari sisi ekspor maupun investasi.
ADVERTISEMENT
Working Group Team Kadin-Apindo Anne Patricia mengungkapkan Eropa adalah pasar ketiga terbesar di dunia, di bawah China dan Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Eropa juga cukup besar rata-rata mencapai USD 42.000 per kapita.
"Kita harus bisa tahun ini juga. Multiplier effectnya sangat luar biasa," ujar dia dalam sebuah workshop mengenai Free Trade Agreement (FTA) yang diselenggarakan Kadin Indonesia di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta, Rabu (31/1).
Dia mencontohkan, sekarang ini Vietnam diuntungkan karena sudah menjalin kerja sama kesepakatan perdagangan melalui skema Trans Pacific Partnership (TPP) dengan Eropa. Produk tekstil asal Vietnam dapat masuk ke Eropa tanpa dikenakan tarif tinggi. Sedangkan Indonesia justru sebaliknya.
"Produk Indonesia tidak kalah dengan Vietnam. Tapi (tarif impor) bedanya sampai 20% mau apa?," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Dengan kebijakan ini maka harga produk tekstil Indonesia di Eropa jauh lebih mahal dibandingkan Vietnam sehingga tidak berdaya saing. Selain dijegal dengan tarif bea masuk tinggi sekitar 8-20% oleh Eropa, biaya produksi dan logistik tekstil di Indonesia juga cukup tinggi.
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh bekerja di Industri Garment (Foto: ANTARA/Saptono)
Perbandingan upah buruh tekstil di Vietnam adalah sekitar USD 180 per bulan dengan 48 jam kerja per minggu. Sedangkan Indonesia upah buruhnya sebesar USD 125-300 per bulan dengan jam kerja 40 jam per minggu.
Mengenai ongkos logistik seperti Freight on Board atau FOB, Vietnam dan Indonesia memang bersaing. Tetapi untuk biaya handling charges termasuk cargo service charges di Indonesia ternyata lebih tinggi dari Vietnam. Hal ini berdampak buruk kepada kinerja industri tekstil dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Market share tekstil Indonesia di dunia hanya 1,8% sedangkan Vietnam 6,8%. Bayangkan jika Indonesia membuka diri dengan FTA dengan Eropa dan TPP," sebutnya.
Untuk itu, Kadin Indonesia dan Apindo mendorong negosiasi I-EU CEPA dipercepat. Dengan adanya kerja sama ini bukan tidak mungkin akan mendongkrak angka ekspor tekstil Indonesia dari USD 13 miliar menjadi USD 75 miliar dalam setahun.
"Saya (Wakil Presiden Direktur) di Pan Brothers, semua kerja sama dagang antara Indonesia dengan ASEAN atau ASEAN plus sudah kita manfaatkan. Pan Brothers salesnya di Asia 7 tahun lalu hanya 5,5% sekarang 55%. Manfaat yang didapat kami sudah jelas, growthnya 30% per tahun. Bayangkan kita dapat FTA Eropa?," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Lembaga Multilateral dan FTA Kadin Indonesia Wahyuni Bahar menambahkan sambil menunggu kepastian I-EU CEPA, Kadin saat ini terus melakukan pendekatan dengan EuroCham. Pendekatan dilakukan agar Eropa mau memberikan fasilitas perdagangan khusus terhadap Indonesia khususnya produk tekstil dan alas kaki.
ADVERTISEMENT
"Kita ingin sekali masuk ke dalam kesepakatan dengan EuroCham. Jadi bisa punya daya saing dan membangun trust bagi kedua belah pihak," tutupnya.