Pensiun Dini 3 PLTU Bisa Ciptakan 600 Ribu Lapangan Kerja Baru, Ini Syaratnya

25 Januari 2024 14:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTU Cirebon 1. Foto: Cirebon Power/HO/Antara
zoom-in-whitePerbesar
PLTU Cirebon 1. Foto: Cirebon Power/HO/Antara
ADVERTISEMENT
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu berencana akan dipensiunkan dini (early retirement), menggunakan pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP).
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga telah mencanangkan PLTU Suralaya di Provinsi Banten akan disuntik mati. Rencana tersebut belum dimasukkan dalam rencana JETP dan masih dalam kajian dan evaluasi PT PLN (Persero).
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyampaikan hasil riset potensi dampak pensiun dini 3 PLTU tersebut terhadap output perekonomian nasional, salah satunya dari sisi ketenagakerjaan.
Bhima mengatakan ada dua skenario yang dihitung, pertama yaitu apabila penutupan PLTU tanpa investasi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan adalah estimasi penurunan konsumsi listrik PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu sebesar Rp 273 miliar dan 435 miliar, dan PLTU Suralaya Rp 1,4 triliun.
Dengan skenario pertama tersebut, kata dia, berpotensi mengancam tenaga kerja yang bekerja di sektor yang berkaitan, yaitu di PLTU dan pertambangan batu bara mencapai 14.022 orang.
ADVERTISEMENT
"Kalau efek hanya mematikan atau pensiun dini PLTU, dampak berganda kita potret secara nasional ada 14.022 orang bisa kehilangan tenaga kerja," katanya saat Diseminasi Temuan Riset CERAH & CELIOS, Kamis (25/1).
Sementara untuk skenario kedua, yaitu ada tambahan asumsi investasi pembangkit energi terbarukan sebesar Rp 53 triliun yang berlokasi di Jawa Barat dan Banten dari pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Dengan investasi tersebut, asumsi selanjutnya adalah peningkatan konsumsi listrik sebesar Rp 695 miliar dari hasil pembangkit listrik energi terbarukan. Skenario ini menghitung potensi penambahan lapangan pekerjaan hijau alias green jobs.
"Tapi kalau skenario kedua dimasukkan, itu justru 639.269 orang yang akan terimbas adanya efek berganda dari penciptaan lapangan pekerjaan," lanjut Bhima.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Foto: PLN
Selain itu, dengan skenario kedua tersebut, CELIOS juga menghitung dampak positif yang bisa dirasakan pelaku usaha yaitu mendapatkan surplus laba mencapai Rp 44 triliun. Berbeda dengan skenario pertama yang bisa minus Rp 4 triliun.
ADVERTISEMENT
"Dengan skenario kedua, surplus pelaku usaha secara nominal bisa bertambah Rp 44 triliun, artinya pengusaha yang PLTU dimatikan yuk geser ke energi terbarukan, bisa masuk komponen EBT, bisa juga mendapatkan pinjaman dengan bunga lebih rendah dari pinjaman fosil atau PLTU," jelas Bhima.
Penurunan Tingkat Kemiskinan
Bhima melanjutkan, penutupan PLTU lebih dini tanpa ada pengembangan pembangkit EBT baru di wilayah yang bergantung perekonomiannya pada PLTU, juga akan berdampak meningkatnya kemiskinan imbas hilangnya mata pencaharian warga.
"Biasanya banyak yang bilang, hati-hati menutup PLTU orang banyak yang bisa miskin, belum kita menghitung pekerja di sektor informal berapa banyak yang pengangguran berkorelasi dengan kemiskinan," kata dia.
Dengan skenario pertama, pensiun dini PLTU akan menambah penduduk miskin sebanyak 3.373 orang. Sementara dengan skenario kedua, penduduk miskin akan berkurang hingga 153.755 orang.
ADVERTISEMENT
"Catatannya ini baru 3 skenario PLTU. Bayangkan semakin banyak pensiun dini PLTU, semakin besar dampaknya," tutur Bhima.