Penyebutan Susu Ikan Dinilai Tak Tepat, Lebih Baik Minuman Bergizi

10 September 2024 18:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KKP dan Kemenkop UKM luncurkan susu ikan sebagai produk hilirisasi. Foto: Dok. KKP
zoom-in-whitePerbesar
KKP dan Kemenkop UKM luncurkan susu ikan sebagai produk hilirisasi. Foto: Dok. KKP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Susu ikan sedang dikaji untuk dijadikan alternatif pengganti susu sapi pada program Makan Siang Bergizi (MBG) yang dicanangkan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Pengamat peternakan dari Universitas Padjajaran, Rochadi Tawaf, mengatakan alih-alih disebut susu ikan, produk olahan dari ikan itu lebih tepat disebut minuman bergizi.
“Tapi saya, orang-orang petanakan pasti marah kalau disebut susu ikan ya. Karena susu itu adalah domainnya sapi, domainnya yang keluar dari puting susu. Jadi makanya saya lebih suka menyebutnya minuman bergizi. Jadi minuman bergizi tinggi. Tapi kualitasnya lebih baik dari susu sapi. Bisa dibuat,” kata Rochadi kepada kumparan, Selasa (10/9).
Rochadi mengungkapkan kalau minuman bergizi berbasis ikan tersebut juga dapat dinamakan sari ikan sebagaimana keberadaan sari kedelai.
Pegamat peternakan dari Unpad, Rochadi Tawaf. Dok Pribadi
"Saya (secara personal) menyarankan susu ikan ini tidak disebut susu ikan tapi sari ikan atau sebagai minuman bergizi yang disebut sari ikan," kata Rochadi.
ADVERTISEMENT
Rochadi juga menyarankan agar frasa 'susu gratis' yang termaktub pada program MBG diubah menjadi 'minuman bergizi'. Hal ini agar minuman bergizi sari ikan dan minuman bergizi lainnya dapat masuk menjadi salah satu bagian di dalamnya.
"Kan makan siang gratis itu jadi makanan bergizi, minum susu pun harusnya diganti lagi menjadi minuman bergizi, supaya sari ikan masuk sebagai minuman bergizi. Jadi tidak hanya susu, tapi bisa minuman bergizi lain yang mengandung gizi yang dibutuhkan," ujar Rochadi.
Walau begitu, Rochadi menyebut susu ikan sebagai alternatif yang baik sebagai pengganti susu sapi. Ia menilai teknologi untuk pembuatan susu ikan ini juga mudah untuk diterapkan.
Rochadi menyebut industri susu ikan sudah berjalan walau dalam skala kecil. Teknologi yang digunakan adalah membentuk minuman dengan asam amino hewani namun berbahan dasar ikan.
ADVERTISEMENT
“Saya malah menyarankan, sebetulnya alternatif, katakanlah kalau susu itu adalah salah satu minuman bergizi, ada minuman bergizi lain. Seperti misalnya susu yang berasal dari asam amino ikan. Itu teknologinya mudah, ikannya banyak, segala rupanya. Jadi, kalau menurut saya sih, jangan fanatik di susu. Yang penting kan protein untuk masyarakat,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Rochadi menyebut susu ikan yang diproduksi bisa menjadi lebih baik dalam memenuhi kebutuhan gizi ketimbang susu sapi. “Kebutuhannya bahkan bisa di-setup dengan lebih baik, misalnya kebutuhan proteinnya harus 40 persen bisa. Kalau dari sapi kan hanya proteinnya misalnya hanya 20 persen atau 17 persen,” kata Rochadi.
Sebagai negara maritim, Rochadi mengakui Indonesia punya potensi susu ikan lebih besar. Sayangnya belum ada hilirisasi dari sektor tersebut.
ADVERTISEMENT
Rochadi menuturkan industri ini merupakan industri yang minim limbah. Hal ini karena limbah dari produksi bisa digunakan untuk banyak kegunaan lain.
“Jadi zero waste. Jadi efeknya luar biasa lah tulangnya. Jadi sumber makanan ternak, makanan ikan, pupuk, bahkan untuk pemadam kebakaran terakhir ini. Ini teknologi ini tidak pernah disentuh,” tutur Rochadi.
Pada Agustus tahun lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan UKM meluncurkan susu ikan sebagai upaya mendorong hilirisasi produk perikanan. Produk inovasi tersebut berbahan baku ikan yang kemudian diproses dengan teknologi modern hingga menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) sebagai bahan baku susu ikan.
Susu ikan karya anak bangsa ini memiliki beragam keunggulan, seperti mengandung EPA DHA dan Omega 3 yang tinggi, bebas alergen, dan mudah dicerna tubuh karena memiliki tingkat penyerapan protein mencapai 96 persen, serta diproduksi dari ikan dalam negeri.
ADVERTISEMENT