Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Peran Penting Gen Z dan Milenial Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
29 Agustus 2023 14:40 WIB
·
waktu baca 6 menit
Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan bahwa potensi bonus demografi di ASEAN ini perlu dimaksimalkan. Apalagi sebagai digital native, generasi milenial dan generasi Z punya andil besar dalam pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan, terutama di sektor ekonomi digital serta ekonomi hijau.
Pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya mengakselerasi ekonomi digital Indonesia dan menggapai harapan agar ASEAN menjadi epicentrum of growth. Salah satunya dengan pengembangan keterampilan digital pada generasi Z atau milenial.
Hingga 2030, diperkirakan Indonesia akan memiliki 9 juta talenta digital. Sebab, meleknya generasi muda dalam perkembangan teknologi bisa membuat pemerataan digitalisasi di Tanah Air akan semakin terealisasi.
Selain itu, Indonesia juga mengambil peran dalam Keketuaan ASEAN 2023 yang resmi dimulai pada 1 Januari 2023 hingga 31 Desember 2023. Mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, rangkaian pertemuan negara-negara di Asia Tenggara ini akan membahas tiga pilar utama: Pilar Politik Keamanan, Pilar Ekonomi, dan Pilar Sosial Budaya.
“Chairmanship ini, selain Indonesia harus menjadi host dan menyediakan venue, tapi juga meng-drive isu-isu substansial. Pertama ada isu recovery ekonomi ASEAN, digital ekonomi di generasi muda, dan sustainability. Karena dampak perubahan iklim sangat nyata,” ujar Analis Kebijakan Ahli Muda & Anggota Tim Penyusun Substansi Pertemuan ASEAN, Dewa Putu Ekayasa, dalam webinar “ASEAN untuk Anak Muda Indonesia bersama Kementerian Keuangan”, pada Senin (14/8).
Indonesia pun telah membuat inovasi-inovasi sebagai solusi dari tiga isu yang dibahas dalam Keketuaan ASEAN 2023. Pertama adalah mengadakan dua kali ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) 2023, yaitu di Bali pada Maret lalu, dan agenda kedua diselenggarakan di Jakarta pada 22-25 Agustus 2023.
Pertemuan ini dihadiri oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara anggota ASEAN. Selain itu, dalam rangkaian AFMGM tersebut, Indonesia juga menginisiasi pertama kali pertemuan ASEAN Finance-Health Ministers Meeting (AFHMM) pada 24 Agustus 2023.
Menurut Dewa, penyelenggaraan AFMGM sebanyak dua kali ini bertujuan mendukung isu yang akan dibicarakan pada puncak KTT ASEAN 5-7 September 2023.
“AFMGM biasanya hanya diselenggarakan sekali. Namun Indonesia menyelenggarakannya dua kali, dengan tujuan untuk mendukung isu ekonomi dan finansial yang akan dibicarakan pada KTT ASEAN pada 5-7 September 2023,” ungkapnya.
Pada pertemuan ini, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, menyampaikan usulan Indonesia untuk sektor keuangan, yang meliputi pemulihan dan memastikan stabilitas serta ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan ASEAN; memajukan konektivitas pembayaran serta mendorong literasi dan inklusi keuangan digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif; dan mempromosikan pendanaan transisi untuk mendukung keuangan berkelanjutan dan ekonomi hijau.
“Saat ini ekonomi semua negara di dunia bertransisi, dari yang semula black economy yang masih bergantung oil dan gas, ke ekonomi yang lebih hijau. Transisi ini membutuhkan pendanaan yang besar. Jadi dalam pembahasan di AFMGM 2023, kami mencari cara bagaimana bagaimana mengarusutamakan pendanaan yang tadinya black economy, menjadi green economy. ASEAN pun menginisiasi kerja sama dengan investor global, International Financial Institutions (IFI), dan multilateral bank untuk mewujudkan transisi ekonomi ASEAN,” terang Dewa.
Inovasi kedua adalah menciptakan inklusivitas mengenai pertemuan yang isu-isu ekonomi ASEAN. Sebab menurut Dewa, pertemuan KTT ASEAN sebelumnya hanya sebatas pelaporan dari deputi ke kementerian.
Indonesia mengundang anggota IFI seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), dan Financial Stability Board (FSB), untuk mendapatkan pandangan baru terkait ekonomi dunia. Pandangan dari organisasi keuangan regional juga sangat diperhatikan.
"Dulu pertemuan ASEAN itu sangat eksklusif. Indonesia berusaha meningkatkan inklusivitas ASEAN, baik dari sisi substansial maupun redaksional pada pertemuan tersebut,"
Peran penting generasi muda dalam transisi ekonomi ASEAN
Upaya inklusivitas pertemuan-pertemuan ekonomi ASEAN juga menyasar kalangan generasi muda. Apalagi salah satu agenda yang dibahas dalam KTT ASEAN 2023 adalah peran generasi muda dalam menciptakan kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan atau epicentrum of growth.
Menurut Analis Kebijakan Ahli Muda & Anggota Tim Penyusun Substansi Pertemuan ASEAN, Dewa Putu Ekayasa, Indonesia akan diproyeksikan sebagai negara maju pada 2045. Generasi muda inilah yang akan memegang tonggak saat GDP berada di level tertinggi di dunia. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan SDM generasi Z berkualitas tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“GDP Indonesia akan menjadi terbesar di dunia, bahkan mengalahkan Inggris dan Jerman. Oleh karena itu, partisipasi generasi muda sangat dinantikan. Kami pun menyelenggarakan beberapa side event yang terbuka untuk umum. Kami pun akan mendatangkan pembicara mumpuni. Harapannya, akan meningkatkan kompetensi agar lebih peduli terhadap isu-isu internasional, khususnya ASEAN,” jelas Dewa.
Generasi muda juga punya peran penting dalam transisi ekonomi hijau. Kesadaran generasi muda yang tinggi akan pentingnya konsep keberlanjutan serta inklusivitas membuat kontribusi mereka penting terhadap pemulihan dan pembangunan ekonomi, tak hanya di Indonesia, tapi juga di mata dunia.
Dewa pun mengungkapkan, saat ini kontribusi generasi muda semakin terlihat dalam transisi ekonomi hijau ini. Salah satunya pembelian Green Sukuk yang didominasi oleh kaum muda.
Green Sukuk merupakan instrumen investasi berupa surat utang negara atau sukuk yang berbasis pada program pengentasan atau pengurangan perubahan rumah kaca. Instrumen berbasis syariah ini pertama kali diterbitkan pada 2018 lalu oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.
“Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, generasi Z paling peduli dan ingin berkontribusi terhadap perubahan iklim. Kami punya instrumen keuangan Green Sukuk untuk membiayai proyek mitigasi perubahan iklim. Dua kali kami menerbitkan Green Sukuk, majority pembelinya adalah generasi Z,” ungkap Dewa. ,
Selain itu, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan oleh para generasi muda untuk turut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi ASEAN. Mulai dari mengetahui isu-isu yang dibahas dalam KTT ASEAN agar kecakapan dan literasinya bertambah, menerapkan gaya hidup cashless, memilih opsi transportasi publik untuk mendukung sustainability, dan membantu perputaran ekonomi dengan membeli kebutuhan sehari-hari di UMKM.
"Acara ini menjadi salah satu terobosan untuk mencapai inklusivitas tersebut agar mendapatkan atensi dari generasi milenial dan gen Z. Selain itu, kebiasan-kebiasaan ekonomi ini juga akan meningkatkan digital ekonomi dan akhirnya membantu pertumbuhan ekonomi ASEAN,” pungkas Dewa.
Ingin tahu pembahasan lengkap mengenai kontribusi generasi muda dalam pertumbuhan ekonomi ASEAN di masa depan? Anda bisa menyaksikan pembahasan lengkapnya di webinar “Asean untuk Anak Muda Indonesia bersama Kementerian Keuangan” di bawah ini.
Advertorial ini dibuat oleh kumparan Studio