Perang Rusia-Ukraina Belum Usai, RI Diminta Waspadai Konflik China-Taiwan

5 Oktober 2022 11:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chen Yi-chi, ketua Partai Pembangunan Negara Taiwan yang pro-kemerdekaan memimpin anggotanya menyanyikan lagu pesta dalam perjalanan perahu di Selat Taiwan di Kaohsiung, Taiwan, Sabtu (1/10/2022). Foto: Ann Wang/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Chen Yi-chi, ketua Partai Pembangunan Negara Taiwan yang pro-kemerdekaan memimpin anggotanya menyanyikan lagu pesta dalam perjalanan perahu di Selat Taiwan di Kaohsiung, Taiwan, Sabtu (1/10/2022). Foto: Ann Wang/REUTERS
ADVERTISEMENT
Belum selesai konflik global antara Rusia dengan Ukraina yang berimbas pada krisis pangan dan energi di Indonesia, kini Indonesia dihadapkan tantangan baru yakni konflik antara China dan Taiwan.
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut dalam kurun 2018 hingga 2022, Indonesia berulang kali menghadapi krisis global. Pada kurun 2018-2019, terjadi perang dagang antara Amerika dan China.
"Perang dagang antara Amerika dengan China dampaknya kepada ketidakstabilan ekonomi kita. Perang dagang Amerika-China belum berakhir muncul suatu musibah besar bagi dunia yaitu COVID-19," kata Bahlil saat memberi orasi ilmiah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (5/10).
Bahlil melihat tidak ada satu negara pun yang lolos dari COVID-19, negara-negara mengalami krisis kesehatan, merambat pada krisis ekonomi, krisis sosial hingga krisis politik.
Ketika semua negara sedang berpikir bagaimana pulih dari pandemi COVID-19, Bahlil mengatakan di saat yang sama justru terjadi konflik antar Rusia Ukraina. Konflik ini berimbas pada krisis pangan dan krisis energi yang terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memberikan orasi ilmiah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (5/10/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Tak berhenti sampai sana, Bahlil menegaskan bahwa Indonesia harus berhati-hati dengan konflik baru yang semakin dekat akan terjadi, antara China dengan Taiwan.
"Hati-hati akan masuk ke babak ke-4 yang harus kita ikhtiar, yaitu ketegangan antara China dan Taiwan. Ini menjadi potret variabel yang akan mempengaruhi ekonomi global," ujar Bahlil.
Bahlil menyebut imbas dari gejolak global itu sudah dirasakan Indonesia. Harga minyak sudah melejit dari asumsi APBN 2022 sebesar USD 63-170 per barel sekarang rata-rata dari Januari-Agustus mencapai USD 100-104 per barel. Selain itu, Bahlil mencontohkan bagaimana kurs rupiah APBN kita 2022, Rp 14.500 sekarang sudah menjadi Rp 14.750 bahkan melejit Rp 15.200.
"Inggris yang negara begitu hebat, sudah sebagian (masyarakat) mencari makanan saja sudah susah. Harga gas tinggi, bahkan di beberapa apartemen gas dikunci, merak enggak dapat pemanas," ujar Bahlil.
ADVERTISEMENT
Bahlil menjelaskan semua situasi global tersebut bisa menjadi potensi musibah yang dirasakan Indonesia. Dia menyebut situasi saat ini sangat sulit diprediksi.
"Stabilitas ekonomi global hari ini saya ingin katakan sangat gelap. Saking gelapnya, tidak ada satu orang pun yang dapat memprediksi potret ekonomi global ke depan," pungkasnya.