Perjuangan Kirim Biodiesel: Dibawa Pakai Pesawat ke Perbatasan

1 Maret 2019 20:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biodiesel. Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel. Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul
ADVERTISEMENT
Sejak September 2018 lalu, pemerintah mewajibkan semua sektor menggunakan biodiesel 20 persen (B20). Selama 6 bulan berjalan, penyalurannya ke berbagai daerah cukup berhasil.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution bahkan mengatakan penyalurannya sejak 1 Januari-27 Februari 2019 tercatat sudah mencapai 99 persen atau sekitar 700 ribu kiloliter (kl).
Tapi, Darmin mengakui ada salah satu daerah yang sulit dijangkau untuk menyalurkan B20. Nama daerahnya Krayan, berada di Kalimantan Timur.
"Satu-satunya daerah yang agak sulit itu di Krayan namanya, di Kalimantan. Itu mau bawa FAME (Fatty Acid Methyl Ester) ke sana mesti pakai pesawat," kata dia di kantornya, Jakarta, Jumat (1/3).
Karena jaraknya jauh dan mesti menggunakan pesawat, Darmin mengungkapkan berapa pun biayanya, akan diberi dispensasi oleh pemerintah. Hanya saja, di sana tidak diperbolehkan pakai solar atau biodiesel, melainkan BBM dengan oktan yang lebih tinggi semacam Pertadex.
ADVERTISEMENT
"Kenapa? Karena dikasi B0 (solar) kenapa karena nanti dia pasti bolongnya di situ merambat ke mana-mana. Kita enggak mau harga bolong dan boleh B0 tapi jangan biodiesel, B0 harus Pertadex," jelas dia.
Darmin Nasution, Menteri Perekonomian Foto: Garin Gustavian/kumparan
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan hal yang sama. Kata dia, dari 99 persen FAME untuk B20 yang berhasil disalurkan, 1 persennya belum terpenuhi karena terkendala masalah seperti cuaca.
Dia mengatakan, kendala cuaca umumnya terjadi di daerah perbatasan yang medannya sulit ditempuh, seperti harus menyebarangi laut terlebih dulu. Sehingga penyaluran terhalang ombak laut.
Daerah perbatasan yang dimaksud di antaranya, kata dia, berada di Kalimantan. Bahkan, menurut Paulus, saking sulitnya penyaluran B20 ke sana, PT Pertamina (Persero) sebagai salah satu badan usaha penyalur B20 harus membeli dari Malaysia karena lebih dekat.
ADVERTISEMENT
"Hanya daerah perbatasan yang memang susah dicapai (seperti) di Kalimantan ada beberapa yang Pertamina beli dari Malaysia, sulit sekali, volumenya juga kecil," ucapnya.