Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Sulit Diprediksi

5 Agustus 2020 19:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 minus 5,32 persen (year-on-year/ yoy), merosot dibandingkan kuartal I 2020 yang masih tumbuh 2,97 persen (yoy) maupun dibandingkan kuartal II 2019 tumbuh 5,05 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Raden Pardede, mengatakan anjloknya pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 memang sudah diprediksi sebelumnya.
Namun Raden mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV lebih sulit diprediksi.
"Faktor ketidakpastiannya tinggi sekali, kita sulit sekali memastikan proyeksi. Kita lihat IMF, World Bank, OECD, dan lembaga pemeringkat lainnya merevisi ke bawah terus menerus. Saya katakan sulit membuat proyeksi tahun depan, bahkan kuartal III dan IV," kata Raden dalam konferensi pers daring, Rabu (5/8).
Padahal pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan sangat menentukan apakah Indonesia bakal masuk resesi atau tidak. Menurut Raden, yang bisa dilakukan pemerintah saat ini adalah mempercepat pencairan stimulus dan bansos ke masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebab, konsumsi masyarakat merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Gedung perkantoran di Jakarta. Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
"Pertaruhan kita semua adalah di kuartal III dan kuartal IV. Artinya kalau bisa mendapatkan (pertumbuhan ekonomi) 0 persen 0,1 persen (di kuartal III) pun itu sudah target yang minimal. Kalau tercapai, sudah lumayan bagus. Harapan kita tahun 2020 jangan sampai mengalami resesi, jangan sampai mengalami negatif growth," katanya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, BPS mengumumkan ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020. Konsumsi rumah tangga terkontraksi 5,51 persen, investasi/PMTB tumbuh negatif 8,61 persen, ekspor terkontraksi 11,66 persen, konsumsi pemerintah negatif 6,90 persen, LNPRT -7,76 persen, dan impor -16,96 persen.