Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan merilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi selama kuartal III 2019. Kondisi ekonomi global yang melambat diperkirakan turut berdampak pada lesunya aktivitas ekonomi domestik.
ADVERTISEMENT
Kepala Kajian Makro LPEM Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu memproyeksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,9 persen selama Juli-September 2019. Angka ini melambat dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,17 persen.
“Kami memperkirakan PDB akan tumbuh lebih lambat, yaitu sebesar 4,9 persen pada kuartal III 2019. Kami juga merevisi proyeksi kami untuk tahun 2019 menjadi 5,0-5,1 persen,” ujar Febrio kepada kumparan, Selasa (5/11).
Menurutnya, perlambatan ekonomi domestik dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang hingga saat ini masih berlangsung. Meski Indonesia bukan satu-satunya negara yang terdampak perang dagang, adanya krisis di negara maju dinilai semakin menekan ekonomi RI.
Setali tiga uang, Febrio menilai, kinerja sektor manufaktur juga semakin sulit. Sektor yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha ini melambat akibat permintaan global yang rendah serta masih terbatasnya peningkatan daya saing industri dalam negeri.
ADVERTISEMENT
“Perang dagang juga sudah membuat iklim investasi di Indonesia lesu. Kita tidak tahu kapan situasi itu bisa berakhir," kata dia.
Ekonom Bank DBS Masyita Crystallin juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal III 2019 akan tumbuh melambat di bawah 5 persen. Sepanjang tahun ini, pertumbuhan ekonomi dinilai masih mampu tumbuh hingga 5 persen.
“Pertumbuhan PDB kemungkinan di bawah 5 persen di kuartal III 2019,” katanya.
Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh kondisi global yang juga lesu. Namun menurut Masyita, tak hanya permintaan global yang menurun, permintaan domestik juga terganggu selama tahun ini.
Laju investasi juga diperkirakan tak sederas tahun lalu. Pasca Pemilu ini, investor dinilai masih ‘wait and see.’
ADVERTISEMENT
“Investasi pemerintah melambat karena lebih banyak proyek yang diselesaikan daripada proyek baru yang dimulai. Investasi swasta agak melambat tapi mulai pick up setelah presiden mengumumkan kabinet dan disumpah akhir bulan lalu,” jelasnya.
Sementara itu, Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 hanya mampu tumbuh 5 persen. Menurutnya, masih stabilnya pertumbuhan di kisaran 5 persen karena konsumsi rumah tangga yang masih kuat.
“Investasi melemah, sedangkan konsumsi rumah tangga kami lihat cenderung stabil. Perkiraan kami 5 persen,” katanya.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memproyeksi ekonomi domestik hanya mampu tumbuh sebesar 5,01 persen. Menurutnya, konsumsi rumah tangga masih akan berada di level 5 persen, meskipun tak setinggi kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat menjadi 5,02 persen, lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 5,17 persen.
"Perlambatan laju konsumsi rumah tangga terindikasi dari penurunan laju penjualan eceran dan penurunan nilai tukar petani," kata Josua.
Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi di kuartal ketiga ini diperkirakan hanya tumbuh 5,09 persen. Proyeksi ini melambat dibandingkan realisasi investasi di kuartal III 2018 yang mampu tumbuh 6,86 persen.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,95-5,05 persen di kuartal III 2019. Menurutnya, konsumsi rumah tangga masih menjadi tumpuan utama ekonomi domestik.
“Jadi walaupun neraca dagang defisit, kita masih bisa berharap dari konsumsi dan sedikit dari investasi, sehingga tetap pada kisaran 4,95-5,05 persen," katanya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2019 hanya tumbuh 5,05 persen. Angka ini stagnan jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,05 persen.
“Kami tetap optimistis di kuartal ketiga bisa di atas 5 persen. Mungkin seperti yang BKF (Badan Kebijakan Fiskal) sampaikan, tumbuh di 5,05 persen,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (1/11).
Sri Mulyani berharap, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih dapat bertahan pada kisaran 5 persen untuk menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebab, porsi konsumsi rumah tangga dalam struktur PDB mencapai 55,79 persen pada kuartal kedua lalu.
Begitu juga dengan pertumbuhan investasi, meskipun melambat, diharapkannya bisa tetap tumbuh pada level 5 persen di kuartal III. Adapun kontribusi investasi pada struktur PDB Indonesia sebesar 31,25 persen.
ADVERTISEMENT
“Mungkin yang berat adalah eksternalnya, yaitu ekspor,” katanya.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 hanya 5,05 persen. Menurutnya, pertumbuhan ekspor masih akan negatif, meskipun ada sedikit perbaikan pada ekspor kendaraan bermotor ke ASEAN dan ekspor perhiasan, khususnya emas.
“Masalahnya triwulan ketiga itu sudah tidak ada lagi pengeluaran berkaitan Pemilu yang mendorong pertumbuhan LNPRT seperti di kuartal I dan II. Jadi, konsumsi rumah tangga benar-benar hanya berasal dari disposable income,” tambahnya.