Perusahaan Norwegia Mau Bangun PLTS 70 MW di Labuan Bajo

9 Maret 2020 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi PLTS. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLTS. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja menyepakati kerja sama dengan perusahaan Norwegia untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Ialah Scatec Solar AS, perusahaan energi Eropa yang beroperasi di Norwegia yang akan menggarap proyek PLTS berkapasitas 70 MW. Pembangunan pembangkit ini ditargetkan rampung 2022. Adapun, pihak yang terlibat termasuk PT Arya Watala Capital dan PT Flores Prosperindo.
Managing Director PT Arya Watala Capital, Mada Ayu Habsari, mengatakan bahwa proyek PLTS tersebut dibuat setelah PT Flores Prosperindo sebagai pemilik (pengembang) kawasan meminta untuk adanya pelistrikan. Terlebih, Labuan Bajo masuk dalam KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) pariwisata.
Untuk tahap pertama, Mada menyampaikan, pembangunan PLTS akan menyasar dua titik dengan kapasitas sebesar 70 MW. Jumlah itu bisa saja kian berkembang seiring dengan kebutuhan.
"Ini untuk stage awal. Karena ada dua lokasi. Ada satu Tana Mori, Tana Naga. Yang ini Tana Mori duluan, karena untuk lokasi (pertemuan) G20. 70 MW pertama tapi sebenernya total ada 210 MW," ujar Mada ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (9/3).
Managing Director Mada Ayu Habsari. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Mada menjelaskan, pembangunan pembangkit tenaga surya tersebut paling tidak membutuhkan waktu 1,5 tahun. Sementara, direncanakan siap beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date) pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
"Harusnya kita start untuk procure dan sebagainya di akhir tahun ini, di akhir tahun 2020. Harusnya. Tadi saya juga bicara dari Flores, mereka kemungkinan akhir tahun ini atau awal 2021 mereka start groundbreaking," papar dia.
Ia menuturkan, Watala Capital berperan sebagai mitra lokal. PLTS ini akan memasok listrik pada siang hari. Sedangkan pada malam hari, pasokan listrik dari PLN.
"Karena kan PLTS kita cuma bisa pakai buat siang, jadi siang kita, malamnya PLN," kata dia.
Pihaknya membeberkan untuk pembangunan PLTS berkekuatan 70 MW pada tahap pertama ini membutuhkan dana investasi sebesar USD 70 juta atau sekitar Rp 980 miliar (kurs dolar Rp 14.000).
"Untuk komposisinya di project ini Scatec 95 persen, Watala-nya 5 persen," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Pada 2025 pemerintah menargetkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23 persen dari total bauran energi seluruhnya. PLTS diproyeksikan dapat menyumbang sebanyak 2.023,3 MW di 2025.
Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), penggunan PLTS ditargetkan terus meningkat tiap tahunnya. Jika tahun ini PLTS ditargetkan menghasilkan 126,8 MW, pada 2022 meningkat menjadi 553,6 MW dan terus meningkat menjadi 993,5 MW di 2025.