Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI merupakan BUMN industri pesawat terbang yang lahir melalui tangan mantan Presiden RI ketiga, BJ Habibie pada 26 April 1976.
ADVERTISEMENT
Saat didirikan pertama kali, PTDI bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Kemudian pada 11 Oktober 1985, BUMN ini berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Terakhir pada 24 Agustus 2000, IPTN berubah nama menjadi PTDI.
Kini, bisnis PTDI tercatat tumbuh cukup pesat. Selain memproduksi pesawat dan helikopter, PTDI juga menjadi sub-kontraktor perusahaan dunia, seperti Boeing, Airbus, hingga Fokker, serta memiliki jasa perawatan pesawat.
Di samping itu, kini ekspor pesawat terbang yang diproduksi PTDI juga makin gencar. Berikut kabar terbaru PTDI yang kumparan rangkum, Kamis (31/10).
Ekspor ke Thailand hingga Nepal
PTDI melakukan ekspor sebuah pesawat terbang militer jenis CN235-220 ke Nepal pada Rabu (30/10). pesawat itu dapat dioperasikan untuk beberapa misi yaitu mulai dari pengintaian, patroli maritim, dan angkutan pasukan bersenjata.
Menurut Direktur Utama PTDI , Elfien Goentoro, pesawat yang dibuat tersebut didesain memiliki beberapa fungsi, yakni sebagai pesawat pengangkut pasukan bersenjata, pesawat penumpang VIP, pesawat evakuasi medis, penumpang sipil, dan kargo.
ADVERTISEMENT
"Pesawat CN235-220 merupakan pesawat multirole dengan daya angkut sebanyak 48 penumpang," katanya dalam Seremonial Pengiriman CN235-220 di Hanggar PTDI, Kawasan Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Rabu (30/10).
Dia menambahkan hingga saat ini, PTDI telah memproduksi dan mengirimkan CN235 sebanyak 68 unit untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Untuk operator dalam negeri pesawat itu adalah TNI AU dan TNI AL.
"Sedangkan operator luar negerinya adalah negara Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Korea Selatan, Pakistan, Uni Emirat Arab, Senegal, dan Nepal," katanya.
PTDI Akan Ekspor ke Senegal dan Incar Argentina
PTDI memastikan terdapat negara tujuan ekspor pesawat terbang yang baru pada tahun depan, yakni Senegal. Saat ini proses produksi pesawat itu tengah berjalan dengan pembiayaan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
ADVERTISEMENT
“Rencananya tahun depan kita mau deliver ke Senegal, itu untuk CN235 juga,” jelas Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro.
Selain itu, dia juga mengaku tengah mengincar ekspor pesawat militer ke Argentina. Oleh karenanya, Elfien berharap LPEI membantu pihaknya dengan memberikan pendanaan berskema buyer’s credit.
Pemerintah Mau Besarkan PTDI
Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas tengah mencari investor untuk pembangunan pabrik pesawat milik PTDI .
Direktur Utama PINA Bappenas, Ekoputro Adijayanto, menyampaikan bahwa tujuan pembangunan pabrik ini yaitu pemerintah ingin PTDI mampu memproduksi banyak pesawat dan menjualnya kepada maskapai dalam maupun luar negeri.
“Kita punya PTDI. Nah kita harus pikirkan bagaimana menghidupkan PTDI ini. Permintaannya dalam dan luar negeri cukup besar,” ucapnya saat ditemui di Kantor Kementerian PPN, Jakarta, Senin (14/10).
ADVERTISEMENT
Dia pun menjelaskan, selama ini maskapai dalam negeri seperti Garuda Indonesia hingga Lion Air menyewa atau membeli armada pesawat selalu dari luar negeri. Hal tersebut yang membuat pemerintah ingin membesarkan PTDI.
“Selama ini kita enggak punya leasing company di bidang aerospaces, jadi seluruh leasing company kita itu di negara lain. Ini jadi salah satu penunjuk industri dirgantara kita belum lengkap,” tegas Eko.
Rencananya, menurut dia, pabrik baru milik PTDI akan dibangun di area Bandung berdekatan dengan pabrik eksisting. Sembari membangun pabrik, nantinya Sumber Daya Manusia (PTDI) akan dilatih dan teknologi dipercanggih.
“Kenapa pabrik, karena pabriknya ini sendiri sekarang masih terbatas kapasitasnya untuk mengembangkan pesawat. Misalnya sekarang dalam 1 tahun bisa mengembangkan 6 pesawat, lalu berapa tahun lagi misal permintaannya puluhan pesawat bahkan bisa 100-an, kapan jadinya? Anggaran yang kita carikan Rp 1,5 triliun,” katanya.
ADVERTISEMENT