Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Harga ayam anjlok cukup dalam bikin peternak di Yogyakarta kelimpungan. Adapun penyebab anjloknya harga ayam di peternak karena kelebihan produksi. Sehingga ayam-ayam tersebut tak bisa diserap pasar seluruhnya.
ADVERTISEMENT
Harga ayam hidup di peternak di DI Yogyakarta hanya berkisar antara Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Padahal harga idealnya Rp 18.500 per kg sampai Rp 20.000 per kg.
Ketua Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) Hari Wibowo mengatakan anjloknya harga ayam telah terjadi sejak September 2018 lalu. Peternak menjual ayam di bawah harga Biaya Pokok Produksi (BPP) yang dikeluarkan.
“Bukan permainan (tengkulak) tapi over supply. Orang pelihara banyak terus rebutan mau keluar (jual). Banyak yang pelihara banyak-banyakan gitu. Otomatis merusak harga karena murah-murahan harga karena panik,” ujar Hari saat dihubungi kumparan, Senin (24/6).
Hari mengatakan persoalan harga ayam anjlok ini justru lebih pusing dibanding dengan wabah flu burung beberapa tahun lalu. Ketika flu burung terjadi harga ayam langsung anjlok, namun setelah itu harga kembali normal karena ayam tak ada di pasaran.
ADVERTISEMENT
“Kalau dulu ada flu burung itu kan harga jatuh habis itu mesti naik karena ayam enggak ada. Nah ini sudah 10 bulan ayam ada terus gitu lho ceritanya,” ucapnya.
Untuk menuntaskan persoalan ini, Hari mengusulkan agar Dinas Perdagangan atau Pertanian membuat harga patokan ayam. Cara ini penting untuk melindungi para peternak dari ancaman kebangkrutan karena fluktuasi harga.
“Kalau mau (untung) untuk Rp 19.000-Rp 20.000 harganya (di peternak). Kalau bisa Dinas Perdagangan buat aturan harga itu Rp 20.000 maksimal Rp 22.000 per kg (di peternak),” sebutnya.