Polytama Propindo Bakal Ekspansi Kapasitas Produksi Bahan Baku Plastik

27 September 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Plant polipropilena milik Polytama Propindo di Indramayu, Jawa Barat. Foto: Dok. Energia
zoom-in-whitePerbesar
Plant polipropilena milik Polytama Propindo di Indramayu, Jawa Barat. Foto: Dok. Energia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Polytama Propindo, perusahaan yang merupakan bagian dari PT Pertamina, berencana untuk menambah kapasitas produksi polipropilena. Hal ini karena kebutuhan polipropilena di Indonesia belum dapat dicukupi oleh produksi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Commercial and Support Director Polytama Propindo, Dwinanto Kurniawan, menyebut kebutuhan polipropilena di 2023 adalah 2 juta ton, sedangkan kapasitas produksi polipropilena dalam negeri hanya sekitar 800.000 ton per tahun.
“Hanya bisa memproduksi sekitar 800-an ribu (ton). Nantinya 1,2 juta (ton) itu masih impor. Nah inilah makanya kenapa Polytama karena sebagai bagian dari pada grup Pertamina didorong untuk bisa menambah kapasitas membuat pabrik baru. Ini yang sekarang sedang kita lakukan,” kata Anto di pabrik bijih plastik Polytama Propindo, Indramayu, Jawa Barat pada Selasa (24/9).
Anto mengungkapkan pihaknya akan membangun fasilitas produksi dengan target produksi polipropilena 600.000 ton per tahun. Untuk saat ini, kapasitas produksi tahunan dari fasilitas yang dimiliki Polytama adalah 300.000 ton per tahun sejak 2019.
ADVERTISEMENT
Anto menyebut lahan untuk pembangunan fasilitas produksi kedua sudah siap dan akan mulai beroperasi pada 2027. Nantinya, Polytama dapat menghasilkan polipropilena yang bisa diolah untuk kebutuhan kemasan makanan sampai komponen otomotif.
“Kita sudah punya lahan dan siap untuk dibangun. Rencana tadi tuh kita commissioning tahun 2027. Nah komposisi aplikasi polipropilena di Indonesia 42 persen untuk kemasan makanan minuman. Tekstil, karung atau benang itu 24 persen. Kemudian untuk komponen otomotif dan houseware itu 22 persen. Lain-lain 12 persen. Nah ini bagaimana sekarang di produsennya,” ujar Anto.
Anto mengatakan investasi untuk pengembangan fasilitas polipropilena yang ingin dibangun memang menghadapi berbagai tantangan. Untuk pengembangan ke depan, pihaknya membutuhkan nilai investasi sekitar USD 500 juta. Saat ini Pertamina juga sudah memasukkan investasi senilai USD 160 juta.
ADVERTISEMENT
“Memang melakukan investasi seperti kita ini enggak mudah, karena memang investasinya tinggi, sementara return-nya itu masih agak panjang. Nah, untuk kita membangun pabrik kedua ini, kita tadi sudah di-inject USD 160 juta dari Pertamina," ujar Anto.
"Tapi total keseluruhan adalah USD 500-an juta. Jadi, kita akan mencari sisa pendanaan dari luar, selain dari Pertamina. Nah itu investasi yang kita lakukan untuk membangun pabrik kedua,” tambahnya.
Untuk mencapai target produksi 600.000 ton di 2027, Anton juga mengungkap saat ini Polytama sudah membangun dua tangki propilen sebagai bahan utama polipropilen dengan kapasitas 2 x 1000 metrik ton.

Dipasok dari Pertamina RU VI Balongan

Untuk menghasilkan polipropilena, bahan baku yang dibutuhkan adalah gas propilen. Dalam hal ini, Polytama mendapat pasokan propilen dari fasilitas Pertamina RU VI Balongan yang disalurkan melalui pipa sepanjang 4 km ke fasilitas produksi Polytama.
ADVERTISEMENT
“Nah, propilen itu adalah gas, tadi itu, gas propilen, yang memang kita tarik, itu tadi kita, apa namanya, kita salurkan melalui pipa, dan kemudian kita proses, menjadi polipropilena.Nah, itu adalah jenis produk kita. Jadi, dalam tugasnya. Cuma produk yang keluar polipropilennya, jadi tadi itu, jadi solid biji plastik,” terang Anto.
Namun jika suplai bahan baku dari Balongan mendapat kendala, fasilitas produksi Polytama tetap dapat melakukan kegiatan produksi. Hal ini karena propilen juga dapat didatangkan dari Pertamina RU IV Cilacap.
“Tapi, kalau misalnya terjadi sesuatu dengan Balongan, misalnya ada kendala dalam proses, kita didatangkan dari Cilacap,” lanjutnya.
Sehubungan dengan rencana ekspansi, fasilitas produksi, ke depan Polytama juga akan mendapat suplai bahan baku dari Balikpapan (Pertamina RU V).
ADVERTISEMENT

Indonesia Kebanjiran Bijih Plastik Impor

Anto juga menjelaskan soal tantangan persaingan antara produk polipropilena dalam negeri dengan impor. Ia menyebut banyaknya polipropilena yang masuk ke Indonesia diakibatkan oleh melemahnya perekonomian China sejak pandemi.
Hal ini membuat produk polipropilena yang berasal dari negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand masuk ke Indonesia
“Jadi produk-produk Vietnam, Thailand, tetangga sebelah Malaysia, banjirnya ke Indonesia,” ungkap Anto.
Masalahnya, kebutuhan plastik di Indonesia tidak sebesar China. Hal ini karena populasi di Indonesia lebih sedikit yang mengakibatkan kebutuhan akan plastik juga tidak sebanyak di China.
“Jadi gambarannya begini, semakin banyak populasi, semakin banyak kebutuhan plastik. Cina termasuk populasi yang terbanyak, makanya larinya kesana semua tuh produk-produk itu. Begitu di sana (China) mulai menurunkan permintaan, banjirnya larinya ke Indonesia,” jelas Anto.
ADVERTISEMENT
Situasi inilah yang menyebabkan persaingan harga antara polipropilena dalam negeri dan impor sangat ketat. Bahkan, Anto menyebut polipropilena impor terkadang membanting harga jual yang tidak masuk akal.
“Karena mereka banting-bantingan harga jadinya. Sudah enggak make sense lagi. Nah, itu yang sekarang kita sedang hadapi,” tutur Anto.