Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Profil Mirwais Azizi, Orang Afghanistan Terkaya dengan Harta Rp 144 Triliun
23 Agustus 2021 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Di balik konflik berkepanjangan di negara miskin seperti Afghanistan , ada putaran uang besar yang melahirkan orang-orang terkaya . Mirwais Azizi adalah salah satu sosok dalam kisah tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dia dianggap oleh banyak orang Afghanistan sebagai orang terkaya Afghanistan. Setidaknya 70 persen bisnis minyak untuk memenuhi kebutuhan Afghanistan, dikuasai oleh Azizi," tulis Asia Sentinel. Hal ini ditegaskan oleh data yang dibocorkan WikiLeaks pada 2010, "Dia bisa dibilang orang terkaya di Afghanistan."
Pria 59 tahun itu lahir di Laghman, provinsi di wilayah Timur Afghanistan. Wilayah yang merupakan basis etnis Pashtun, selain wilayah selatan Afghanistan. Etnis Pashtun merupakan yang terbesar di Afghanistan, suku asal sejumlah tokoh politik Afghanistan dan juga dominan di kelompok Taliban.
Meski lahir di Afghanistan, Mirwais Azizi menjalankan bisnisnya dari Dubai, Uni Emirat Arab. Negara yang kini jadi tempat pelarian Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.
Sektor bisnis yang digarap selain minyak, sangat beragam. Di bawah bendera Azizi Group yang didirikannya pada 1989, Mirwais Azizi mengelola bisnis properti, perhotelan, investasi, dan perbankan. Azizi Bank merupakan salah satu bank swasta terbesar di Afghanistan, yang mulai beroperasi pada 2006 di masa operasi militer Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Marwais Azizi pada 2020 lalu ditaksir memiliki kekayaan tak kurang dari USD 10 miliar atau lebih dari Rp 144 triliun. Hal ini membuatnya diyakini sebagai orang terkaya Afghanistan. Dia sendiri pernah masuk dalam daftar 'Arabian Business 100 Inspiring Leaders in the Middle East' pada Maret 2018.
Persaingan Sengit dan Skandal Bisnis Perbankan
Seperti juga negaranya yang penuh konflik dan peperangan, bisnis perbankan yang didirikan Mirwais Azizi di Afghanistan pada 2006, diwarnai persaingan sengit. Hal ini seperti ditulis Brian George dalam bukunya 'The Kabul to Dubai Pipeline: Lessons Learned From the Kabul Bank Scandal' (Juli, 2020).
Sebelum Azizi Bank beroperasi, Kabul Bank lebih dulu berdiri pada 2004. Pemiliknya adalah Sherkhan Farnood, didikan Rusia yang kemudian membelot jadi pendukung AS. Farnood kuliah di sebuah institut tekstil di Moskow, merintis bisnis transfer uang antar-negara yakni Rusia, Asia Tengah, dan Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Tapi bisnis itu dicurigai Rusia sebagai modus pencucian uang, termasuk untuk membersihkan dana hasil korupsi. Farnood pun kabur dari Rusia kembali ke negaranya. Pada 2004, dia mendapat izin dari bank sentral Afghanistan atau Da Afghan Bank (DAB) mendirikan Kabul Bank. Inilah era awal Afghanistan mengenal bisnis bank swasta.
Penerbitan izin Azizi Bank oleh DAB, membuat Farnood kesal. Dua bank ini pun bersaing sengit dalam bisnis perbankan. Meski sama-sama bersaing, namun keduanya dicurigai menyalurkan duit haram untuk pencucian uang, dari Afghanistan ke Dubai. Pada 2010, Gubernur DAB pun meminta Departemen Keuangan AS melakukan audit forensik terhadap kedua bank tersebut.
Meskipun hasil audit tersebut tidak dipublikasikan, namun tidak juga petunjuk bahwa bank sentral Afghanistan , DAB, menemukan kesalahan Azizi Bank. Bank milik Marwais Azizi itu pun telah membantah semua tuduhan.
ADVERTISEMENT