Profil PT KPC, Anak Usaha Grup Bakrie, yang Lahan Tambangnya Diteruskan PBNU

9 Juni 2024 5:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mendapatkan lahan tambang eks Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) PT Kaltim Prima Coal (KPC).
ADVERTISEMENT
Bahlil mengatakan, Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) yang akan diberikan merupakan eks PKP2B, yaitu penciutan dari konsesi kontrak karya yang sudah dikembalikan kepada negara dan belum berbentuk WIUPK.
"Salah satu yang mau saya jelaskan pemberian kepada PBNU adalah eks KPC. berapa cadangannya nanti tanya begitu sudah kita kasih, tanya mereka saja," ungkapnya saat konferensi pers di Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (7/6).

Profil PT Kaltim Prima Coal (KPC)

Dikutip dari laman resminya, Berdirinya KPC diawali pada tahun 1970 di mana Rio Tinto Indonesia yang dimiliki oleh Conzinc Rio Tinto Australia bekerja sama dengan British Petroleum (BP) untuk berkolaborasi dalam kegiatan eksplorasi batu bara di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1978, pemerintah Indonesia mengundang perusahaan asing untuk mengikuti tender eksplorasi batu bara di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Operasional tambang batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI). Foto: Dok. PT BUMI Resources
Pada tahun 1982 PT Kaltim Prima Coal (KPC) menandatangani Kontrak Karya Batubara (CCoW) dengan Perum Tambang Batu yang kini dikenal dengan nama PT Tambang Bara Bukit Asam (PTBA) yang mewakili Pemerintah Indonesia. Perjanjian kontrak tersebut meliputi kegiatan eksplorasi, produksi dan pemasaran. Kemudian pada tahun 1982-1986 KPC melakukan kegiatan eksplorasi secara menyeluruh di wilayah kontrak.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1989 KPC memulai konstruksi dengan total investasi USD 570 juta. Kegiatan penambangan dimulai pada bulan Juni 1990. Selanjutnya pada 1991 uji coba dilakukan pada proyek-proyek utama yang meliputi crusher, coal preparation plant, overland conveyor, stacker, reclaimer, dan shiploader. Pada tahun yang sama, KPC memulai pengiriman batu bara sebanyak lebih dari 2,1 juta ton.
Pada tahun 1992 KPC mengirimkan lebih dari 7,3 juta ton batu bara, melampaui kapasitas produksi KPC yang awalnya dirancang sebesar 7 juta ton batu bara per tahun.
Selanjutnya pada tahun 2003 KPC diakuisisi oleh perusahaan Bakrie Group, PT Bumi Resources Tbk. Pada tahun yang sama, KPC terus berkembang dengan kapasitas produksi sebesar 16,4 juta ton batu bara, dan selanjutnya mencapai 56,97 juta ton pada tahun 2017. Pada tahun 2017, KPC juga mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 3×18 MW. Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTU) yang berkapasitas 1x18 MW mendukung elektrifikasi masyarakat di Kutai Timur.
ADVERTISEMENT