Proyek GRR Tuban Terganjal Mitra Rusia, Bahlil Sebut Ada Negosiasi Ulang

29 Juli 2024 15:33 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat konferensi pers soal izin kelola tambang untuk Ormas Keagamaan. Foto: Dok: Tangkapan layar YouTube Kementerian Investasi
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat konferensi pers soal izin kelola tambang untuk Ormas Keagamaan. Foto: Dok: Tangkapan layar YouTube Kementerian Investasi
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui masih mencari jalan keluar atas kemelut proyek kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban, kerja sama PT Pertamina (Persero) dan perusahaan asal Rusia, Rosneft, yang tak kunjung rampung.
ADVERTISEMENT
Pertamina dan Rosneft membangun perusahaan patungan (joint venture) pada November 2017 dengan nama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk proyek GRR Tuban. Sebanyak 55 persen saham dipegang Pertamina dan 45 persen sisanya milik Rosneft.
Meskipun Rosneft hingga kini masih menjadi mitra Pertamina, namun Bahlil mengakui masih ada upaya negosiasi ulang agar proyek ini segera rampung.
"Enggak hengkang (Rosneft dari proyek GRR Tuban), terjadi negosiasi ulang," ungkap Bahlil usai konferensi pers realisasi investasi Triwulan II 2024, Senin (29/7).
Bahlil membenarkan pemerintah menyiapkan beberapa alternatif mitra Pertamina di proyek GRR Tuban. Berdasarkan sumber kumparan, salah satu kandidat mitra Pertamina di proyek tersebut adalah perusahaan petrokimia asal China, Sinopec.
"Itu (Sinopec) beberapa alternatif-alternatif, tapi sampai sekarang masih tetap Rosneft," ujar Bahlil.
ADVERTISEMENT
Bahlil memaparkan proyek tersebut sempat terkendala pembebasan lahan seluas 800 hektare di Tuban, namun sudah diselesaikan bersama tim satgas Kementerian Investasi/BKPM bersama Kepolisian dan Kejaksaan Agung.
"Masalah salah satunya lahan 800 hektare tidak selesai, tim satgas Kementerian Investasi, Polri dan Kejaksaan Agung menyelesaikan dan semua pembebasan lahan ini sudah selesai," kata Bahlil.
Masalah selanjutnya yang mengadang penyelesaian proyek tersebut adalah pecahnya perang Rusia dan Ukraina yang hingga kini masih memanas.
"Pada implementasinya itu kan terjadi perang antara Rusia dan Ukraina, Rosneft itu kan punya Rusia dan sampai sekarang belum selesai. Sekarang lagi dicari bagaimana exit-nya, jalan keluarnya agar ini jalan," ungkap Bahlil.
Berdasarkan catatan kumparan, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) berpotensi menambah mitra di proyek kilang GRR Tuban, untuk bergabung bersama Rosneft. Hal ini untuk mengantisipasi sanksi Uni Eropa terhadap perusahaan asal Rusia tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama KPI, Taufik Adityawarman, memastikan proyek GRR Tuban masih berjalan. Namun berkaca kepada kasus Blok Tuna yang proyeknya terhambat karena bermitra dengan perusahaan Rusia, KPI tengah menimbang menambah mitra baru.
"Kita sudah sampaikan ke pihak mereka apakah kita harus mengambil partner lain apa tidak untuk mem-balance, sudah kita komunikasikan, kita harus kasih tahu ke pihak Rosneft bahwa due to Ukraine conflict ada implikasi, karena mereka juga aware," ungkapnya usai IPA Convex ke-47 di ICE BSD, Kamis (27/7/2023).
Taufik menyebutkan, proyek ini diharapkan dapat menyelesaikan prakualifikasi EPC package pada Oktober, kemudian Final Investment Development (FID) pada kuartal I 2025.