PT Sritex Bantah Isu Bangkrut Meski PHK 3.000 Pekerja: Efisiensi Perlu Dilakukan

25 Juni 2024 12:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Sritex Foto: zakir1346/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sritex Foto: zakir1346/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Emiten industri tekstil di Jawa Tengah, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau PT Sritex membantah telah mengalami kebangkrutan meski melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 3.000 karyawan.
ADVERTISEMENT
Direktur Independen Sri Rejeki Isman, Regina Lestari Busono mengatakan, Sritex telah PHK sebanyak 35 persen dari total karyawan. Perusahaan sempat menunggu kondisi pasar akan kembali normal, namun kondisi geopolitik tidak membaik sehingga PHK dilakukan pada tahun ini.
“Pemangkasan tenaga kerja bukan menjadi sinyal Sritex akan pailit, tapi hal ini umum juga dilakukan oleh perusahaan besar lainnya,” ujar Regina dalam paparan publik virtual, Selasa (25/6).
Sritex menyebut, perusahaan yang berada di papan atas juga melakukan PHK sebagai strategi untuk mempertahankan kinerja perusahaan. Selain itu, ada pertimbangan pemangku kepentingan juga yang lebih penting.
Senada, Direktur Keuangan Sri Rejeki Isman, Welly Salam, juga membantah Sritex menghadapi isu bangkrut. Sebab, perusahaan masih beroperasi dengan semua fasilitas yang dimiliki.
Welly Salam Direktur Keungan Sritex. Foto: Dok. Istimewa
“Banyak berita di media massa yang memberitakan bahwa perseroan terancam bangkrut hal tersebut. Kami konfirmasi tidak benar, karena sampai saat ini kami masih beroperasi dengan dengan semua fasilitas yang kami miliki,” tutur Welly.
ADVERTISEMENT
“Dan juga untuk ke depannya order book juga sudah ada di perusahaan kami, jadi masalah going concern tidak perlu dikhawatirkan,” lanjutnya.
Sritex juga belum melakukan PHK dalam unit bisnis garmen. Perseroan akan melakukan review dan evaluasi secara berkala untuk memastikan strategi efektif terhadap perubahan-perubahan kondisi makro serta geopolitik.
Rencana Sritex tahun 2024 antara lain reorganisasi SDM untuk meningkatkan efisiensi operasional dan fleksibilitas dalam menghadapi dinamika pasar, implementasi anggaran yang efisien dengan prioritas pada produk yang mendukung tujuan bisnis yang berkelanjutan, revitalisasi sumber daya keuangan, serta ekspansi pasar, melakukan inovasi dan penyesuaian produk sesuai perkembangan permintaan dan kebutuhan pasar.