Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
PT Vale Indonesia Kebut Smelter HPAL Pomalaa-Morowali, Target Rampung 2026
19 Maret 2025 9:40 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memastikan dua proyek smelter terintegrasi pertambangan nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, Morowali di Sulawesi Tengah (Sulteng), rampung secepatnya di tahun 2026.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan perusahaan saat ini memiliki 3 proyek smelter high-pressure acid leaching (HPAL), dengan total investasi hampir USD 9 miliar atau setara Rp 130 triliun.
Pertama, ekspansi tambang nikel dan smelter HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, dengan investasi sebesar USD 4,6 miliar yang rencananya start up di akhir 2026. Proyek ini bermitra dengan Huayou dan Ford.
Selanjutnya investasi smelter HPAL yang berkongsi dengan GEM CO Ltd di Morowali, Sulteng. Penandatangan investasi baru saja dilakukan saat Forum Bisnis Indonesia-China di Beijing, November 2024 lalu. Smelter tersebut nantinya akan menyerap pasokan dari tambang Vale di Bahodopi Sulawesi Tengah.
Selain itu, Vale juga memiliki proyek investasi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di Morowali, dengan investasi senilai USD 2,6 miliar dan target start up pada 2026. Proyek ini bermitra dengan perusahaan China, Tisco dan Xinhai.
ADVERTISEMENT
Kemudian investasi tambang dan smelter HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan investasi sebesar USD 2 miliar yang akan mulai start up di tahun 2027. Proyek ini bermitra dengan perusahaan China, Huayou.
"Kita akan upayakan lebih cepat di 2026. Jadi harapan kita kalau lancar semua di 2026 ini 2 pabrik ya, di Sultra (Pomalaa) dan Sulteng (Morowali) bisa selesai kita upayakan," kata Febriany saat sharing session bersama media, Selasa (18/3).
Febriany mengatakan progres yang paling signifikan terlihat di proyek smelter HPAL Pomalaa. Pada Juli-Agustus 2024 lalu, proyek ini sudah merampungkan seluruh perizinan besar, dan saat ini sedang menunggu pengiriman mesin uap (autoclave) dari China.
Untuk menerima pengiriman alat berukuran besar dan berat itu, kata dia, Vale harus membangun pelabuhan dan akses jalan yang layak. Rencananya 4 autoclave bisa sampai di September-Oktober 2025.
ADVERTISEMENT
"Kalau tambangnya sudah konstruksi, dari tahun lalu akhir sudah mulai mobilisasi, sesuai rencana akan selesai di tahun depan juga, di kuartal I atau kuartal II tambangnya. Total investasinya besar ya karena itu 120 ribu ton HPAL," jelas Febriany.
Kemudian proyek smelter HPAL di Morowali dengan kapasitas 60 ribu ton ini akan mengusung konsep net zero emission sejak hari pertama. Perusahaan juga akan membangun fasilitas pengembangan (R&D) dengan investasi USD 40 juta untuk transfer teknologi dari perusahaan China ke talenta Indonesia.
"Good progress intinya. Kurang lebih 3 bulan ada progress yang bagus, ini juga akan selesai di tahun depan. Walaupun kita mungkin announce di 2027, tapi partner kemarin bicara sama saya, kita akan upayakan lebih cepat di 2026," tutur Febriany.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, proyek smelter HPAL di pusat operasional Vale Indonesia, Sorowako, diharapkan rampung di tahun 2027. Perusahaan sudah lebih dulu membangun smelter RKEF di kota tersebut sejak 1977.
"Kalau yang itu kan memang paling akhir kan, jadi dia perkembangannya tidak se-advance yang dua itu. Tapi itu 2027 akan dipayakan selesai, sekarang susah lagi mengejar dokumen-dokumen AMDAL-nya," tutur Febriany.