PT Vale Indonesia Sebut 99,98 Persen Pekerja di Smelter Sorowako Asli RI

4 November 2022 13:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Reklamasi lahan bekas tambang PT Vale Indonesia di Blok Sorowako. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Reklamasi lahan bekas tambang PT Vale Indonesia di Blok Sorowako. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menegaskan komitmen memberdayakan masyarakat lokal, terutama dengan merekrut pekerja dari lingkungan sekitar pertambangan nikel di Pomalaa, Bahodopi, dan Luwu Timur.
ADVERTISEMENT
Head of Communications Vale Indonesia, Bayu Aji, mengakui jika banyak kontroversi seputar konflik sosial di industri pertambangan, termasuk Vale Indonesia. Menurutnya, banyak desas-desus miring terjadi di Luwu Timur yang menjadi lokasi Smelter Sorowako.
"Secara statistik dulu ya, employee kami sekitar 3.000 di Luwu Timur saat ini, sebelum Pomalaa dan Bahodopi. Kemudian ada sekitar 7.000 kontraktor, jadi total kita sekitar 10.000," ujar Bayu saat acara Media Meet-Up: Media dan Reportase Pertambangan, Jumat (4/11).
Bayu melanjutkan, dari seluruh karyawan Vale Indonesia di Luwu Timur tersebut, tenaga ahli asing hanya 4 orang, termasuk jajaran direksi atau board of director (BOD) Vale Indonesia hanya ada 1 yang dari asing.
"Dan dari 99,98 persen yang Indonesia itu, ada 89 persen itu adalah penduduk Luwu Timur. Jadi kalau ditanya berapa di daerah sana itu sebenarnya ada 89 persen," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Bayu menyebut masih ada kontroversi bahwa Vale Indonesia tidak memberdayakan masyarakat Luwu Timur. Hal ini disebabkan karyawan berdomisili Luwu Timur hanya tercantum di KTP.
"Karena KTP itulah yang membuat perusahaan bisa menjadi dasar bahwa dia memang (asli) Luwu Timur, nah ini memang sempat menjadi kontroversi karena itu pegawai bukan dari lokal, memang betul karena ya aturan daerah seperti itu," jelas Bayu.
Lebih lanjut, Bayu mengatakan sejauh ini pihaknya masih terus mendalami dan menghitung ulang berapa banyak karyawan yang benar-benar berasal atau lahir di Luwu Timur, sehingga kemungkinan bisa berbeda dari angka 89 persen.
"Tapi ini cukup besar juga, saya belum bisa sebut angkanya tapi cukup besar, nanti kami akan keluarkan datanya dalam waktu dekat. Jadi gambaran sekarang 89 persen itu dari Luwu Timur," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Bayu menuturkan Vale Indonesia tidak hanya merekrut tenaga kerja asli Luwu Timur, tetapi juga berkomitmen memberdayakan bisnis lokal. Salah satunya memanfaatkan tender atau supplier berasal dari Luwu Timur.
Dia menjelaskan, Vale Indonesia memegang prinsip local business initiative untuk memberdayakan masyarakat dan usaha lokal agar semakin besar dan sejahtera. Tidak hanya itu, perusahaan juga memiliki sejumlah program sosial dengan alokasi anggaran sekitar USD 3,5 juta atau Rp 55 miliar per tahun.
"Penerima manfaat program sosial kita kalau tidak salah ada sekitar 40 ribu di Luwu Timur, padahal di (penduduk) Luwu Timur itu kalau tidak salah 114 ribu, jadi itu gambarannya bahwa kita berdayakan mereka," pungkas Bayu.
Sebelumnya, mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan Indonesia kaya akan nikel. Namun, dia mengkritik proses pengerjaannya lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja asal China.
ADVERTISEMENT
“Indonesia kaya nikel, tapi yang kerja semua China, dari daratan sampai tukang las. Kita bikin smelter, Insyaallah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi,” kata pria yang akrab dipanggil JK di acara makan HUT Kalla Group di Hotel Kempinski, Jumat (28/10).
Pernyataan Jusuf Kalla kemudian dibantah oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dia mengatakan memang pada awalnya pekerja China mendominasi di awal pekerjaan konstruksi. Namun saat ini hal itu sudah tidak terjadi. Untuk membuktikan, Luhut meminta agar langsung mengecek ke lokasinya.
"Enggak betul, waktu construction dulu awal awal tahun 2014 ya, sekarang sudah banyak orang-orang Indonesia. Pergi saja ke sana," kata Luhut saat ditemui dalam acara 'Demi Indonesia Bersama GoTo' di Ciputra Aartpreneur, Sabtu (29/10).
ADVERTISEMENT