Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) membeberkan kelanjutan proyek kerja sama pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae atau dikenal Korea Fighter X (KFX) dan Indonesia Fighter X (IFX). Proyek tersebut saat ini sedang ada di tahap pembuatan purwarupa (prototipe) pesawat.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama (Dirut) PTDI Gita Amperiawan mengatakan, pembuatan purwarupa pesawat tempur itu akan selesai pada tahun 2026 mendatang. Katanya, saat ini PTDI fokus agar fase purwarupa bisa dijalankan secara baik dan maksimal.
"Jadi, untuk KFX, namanya ada 3 fase. Engineering, Manufacturing, Design (EMD), yakni kita membuat prototyping, yang nanti akan berakhir di 2026," kata Gita saat ditemui wartawan di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (12/3).
Maksimal di sini dalam arti benefit yang diperoleh RI harus worth it dengan investasi yang dikeluarkan. Selain fokus di penyelesaian purwarupa, Gita bilang ihwal strategi juga penting.
Indonesia dan Korea Selatan masih terus berkomunikasi hingga fase purwarupa selesai. Sesuai jadwal, katanya, setelah 2026 proyek pengembangan jet tempur KF-21 sudah memasuki masa produksi pesawat.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia menyebut Indonesia bakal masuk menjadi rantai pasok atau rantai produksi dari kerja sama ini saat fase mass productionnya dijalankan.
"Karena tahun ini adalah tahun membuat prototipe sehingga kita harus memaksimalkan itu dan harus qualified. Karena salah satu kontribusi atau partisipasi di dalam industri pesawat terbang itu adalah certified," lanjutnya.
Ketika ditanya soal komitmen kerja sama KFX-IFX, Gita menegaskan apa pun yang menjadi keputusan pemerintah akan dilaksanakan.
"Kami PT DI prinsipnya apa pun keputusan pemerintah itu kita akan laksanakan. Jadi kami tidak melihat, ya fokus kami adalah bagaimana yang eksisting program kita maksimal. Untuk komitmen itu kewenangan pemerintah," ucap Gita.
Sebelumnya, kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Korea Selatan sudah berjalan cukup lama. Salah satu bentuk kolaborasi kedua negara dilakukan lewat pengembangan pesawat tempur KFX/IFX (Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment) bernama KF-21 Boramae.
ADVERTISEMENT
Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Ditjen Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, Marsekal Pertama TNI Dedy Laksmono, mengatakan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) berupaya tak menggantungkan pembelian alutsista, namun juga turut andil dalam mengembangkannya. Sehingga, kerja sama dengan Korea Selatan dalam proyek KFX/IFX Boramae ini diharapkan mempercepat realisasi tersebut.
Meski pengembangannya terus berlanjut, pembayaran dari Indonesia dilaporkan tersendat. Rincian cost share nya, Indonesia membayar 20 persen dari total pembayaran, sementara Pemerintah Korsel 60 persen dan Korea Aerospace Industries (KAI) 20 persen.
"Indonesia ditargetkan sudah harus melunasi pembayaran Rp 14,6 triliun di tahun 2026," ujar Dedy dalam Talkshow Foreign Policy of Indonesian Community (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation yang bertajuk Advancing Indonesia and South Korea's Defense Industry Collaboration pada 27 Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
Dedy mengaku, kesepakatan kontrak pada 2012 sudah mempertimbangkan kemampuan anggaran negara. Namun berjalannya waktu, pemerintah kini melakukan refocusing anggaran yang salah satunya terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).