Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Punya Kinerja Cemerlang di Industri Perbankan, Ini Dua Kunci Sukses BRI
24 Mei 2022 22:00 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Dalam jangka pendek, BRI sudah menunjukkan performa yang baik dan kinerja yang unggul di antara industri perbankan lain. Memang, market share BRI di UMKM yang masih memiliki posisi tersendiri dibandingkan bank lain, dia punya captive market, " kata Lucky di Jakarta, Selasa (24/5).
Selain laba bersih, aset BRI Group pada akhir Maret 2022 tercatat tumbuh sebesar 8,99 persen (yoy) menjadi Rp 1.650,28 triliun. Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 1.075,93 triliun.
Lucky mengatakan, UMKM adalah captive market yang paling mampu bertahan dan bangkit sangat cepat di masa pandemi. Dibandingkan korporasi yang sulit bergerak, UMKM lebih tahan banting dan bisa bergerak cepat.
"Jadi BRI ini saya menyebutnya sustainable bank karena berada di segmen konsumer, market share UMKM-nya lebih baik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Lucky, sebagai BUMN dengan kapitalisasi terbesar, BRI harus terus mendorong digitalisasi untuk mempertahankan kinerja cemerlangnya. BRI harus gencarkan program digital banking yang homogen dengan fokus usaha yakni di segmen UMKM.
Transformasi digital yang lebih masif akan berdampak positif juga pada kinerja emiten di pasar modal. Kata Lucky, marketcap bank-bank digital yang kini lebih tinggi dengan pamor yang melesat di pasar modal terjadi karena peran digital.
Bank digital dapat bergerak lebih luwes dengan kapitalisasinya sebagai bank kecil. Maka, BRI perlu terus mendorong akselerasi digital agar pergerakannya bisa diatur untuk melaju dengan kecepatan tinggi.
Prospek BRI di Tengah Tantangan Ekonomi
Lucky Bayu Purnomo mengakui, kondisi ekonomi saat ini cukup menantang. Konflik militer Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, salah satu pemicu tekanan terhadap ekonomi global, khususnya di sektor finansial.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, lanjutnya, gejolak ekonomi yang terjadi saat ini masih menempatkan perbankan di posisi netral untuk jangka pendek dan menengah. "Masih ada tekanan ekonomi yang memberikan dampak ke sentimen kinerja sektor perbankan, saat ini posisinya jadi masih netral," paparnya.
Pemulihan ekonomi yang diproyeksi terus berlanjut akan membawa prospek positif untuk kinerja jangka panjang perbankan. Namun saat ini untuk jangka pendek, perbankan belum dapat ikut serta dalam sentimen positif salah satunya karena rupiah yang tertekan.
Kinerja bank juga akan tergantung pada status pandemi atau endemi. Sinyal kuat sudah dirasakan pasar dari meningkatnya mobilitas serta pelonggaran kebijakan pembatasan dari pemerintah. Pemulihan aktivitas tersebut menjadi energi baru perbaikan pertumbuhan industri dan hal itu terlihat dari kinerja BRI.
ADVERTISEMENT
"Industri sudah berfungsi, sudah ada banyak pertunjukan, hiburan, perbankan yang tadinya mengalami tekanan karena restrukturisasi kredit mendapatkan angin sengar untuk jangka panjang," tutur dia.
UMKM dan Transformasi Digital Jadi Kunci
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian laba BRI tak lepas dari pulihnya perekonomian nasional serta menggeliatnya aktivitas pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan core business BRI.
“Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen yoy menjadi sebesar Rp 1.075,93 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal I 2022 sebesar 6,65 persen,” kata Sunarso.
Secara umum, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,24 persen secara yoy dari Rp 826,85 triliun di akhir Maret 2021 menjadi Rp 903,29 triliun di akhir Maret 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI, terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,95 persen.
ADVERTISEMENT
Apabila dirinci, Sunarso memaparkan, penyaluran kredit kepada seluruh segmen UMKM tercatat tumbuh positif. Tapi penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 13,55 persen, segmen konsumer tumbuh 4,56 persen dan segmen kecil menengah tumbuh 3,96 persen.
Sunarso menambahkan, keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit di atas rata rata industri perbankan nasional diiringi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) BRI secara konsolidasian yang tercatat sebesar 3,09 persen pada akhir Maret 2022. Angka tersebut tercatat menurun apabila dibandingkan dengan NPL pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 3,30 persen.
Selain itu, kualitas kredit yang membaik tersebut juga disebabkan oleh restrukturisasi kredit terdampak COVID-19, yang saat ini terus menurun secara gradual. Hingga akhir kuartal I 2022 tercatat restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 sebesar Rp 144,27 triliun. Posisi tersebut telah turun sebesar Rp 103,75 triliun apabila dibandingkan dengan total akumulasi restrukturisasi yang mencapai Rp 248,02 triliun.
ADVERTISEMENT