Raup Rp 707,5 Triliun, Laba Perusahaan Migas Terbesar Dunia Ini Anjlok 44 Persen

21 Maret 2021 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan minyak Saudi Aramco. Foto: REUTERS/ Ali Jarekji
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan minyak Saudi Aramco. Foto: REUTERS/ Ali Jarekji
ADVERTISEMENT
Anjloknya harga minyak dunia serta kelesuan permintaan sepanjang 2020 akibat pandemi COVID-19, telah membuat laba perusahaan migas terbesar dunia anjlok hingga 44,4 persen. Dikutip dari Reuters, Minggu (21/3), anjloknya kinerja perusahaan migas milik Arab Saudi yakni Saudi Aramco, telah memaksa manajemen memangkas belanja modal untuk 2021.
ADVERTISEMENT
Saudi Aramco mencatatkan perolehan laba sepanjang 2020 sebesar 183,76 miliar riyal atau setara Rp 707,5 triliun. Angka itu turun dalam dibandingkan perolehan laba tahun sebelumnya sebesar 330,69 miliar riyal.
Perolehan laba Saudi Aramco untuk 2020 tersebut, sedikit lebih rendah dari perkiraan para analis yang memproyeksi laba sebesar 186,1 miliar riyal. Sebagai perbandingan, laba perusahaan migas BUMN Indonesia, Pertamina, di 2020 sebesar USD 1 miliar atau setara Rp 14 triliun.
Jumlah laba Pertamina itu, lebih besar dari perkiraan Komisaris Utama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang pada akhir Desember 2020 memproyeksi laba Pertamina sekitar USD 800 juta. Kinerja positif ini dicapai di tengah pandemi COVID-19.
Kilang minyak Aramco di Arab Saudi. Foto: Reuters/Ahmed Jadallah/File Photo/File Photo
"(Laba Pertamina) ternyata USD 1 miliar-an atau Rp 14 triliun," kata Ahok kepada kumparan, Kamis (4/2).
ADVERTISEMENT
Tahun 2020 memang menjadi tahun yang berat bagi industri minyak dan gas (Migas), sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Bahkan harga minyak sempat menyentuh posisi negatif atau minus pada April 2020. Harga minyak WTI (West Texas Intermediate) pernah tercatat USD -14,08 per barel pada 21 April 2020. Harga minyak Mars US pun sampai sempat di angka USD -30,03 per barel.
Hal itu terjadi akibat tangki-tangki penimbunan minyak penuh, sementara produksi terus mengalir dan tak bisa dihentikan. Pada saat yang sama, penjualan minyak dunia lesu. Dalam posisi minus, pembeli minyak yang sudah terikat kontrak selain mendapat minyak juga mendapat dana.
Tak mengherankan jika kinerja laba perusahaan migas global dilanda kelesuan, tak hanya Saudi Aramco. Korporasi di Barat seperti Royal Dutch Shell (Belanda) dan BP (Inggris), kinerjanya turun ke posisi terendah di tahun 2020. Demikian juga perusahaan energi terbesar asal Amerika Serikat (AS), Exxon Mobil, membukukan kerugian tahunan untuk pertama kalinya.
ADVERTISEMENT