Resesi AS Mulai Makan Korban: Ada Tanda Kuat Pengangguran Meningkat
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS merilis, ekonomi negara itu di kuartal II 2022 minus 0,9 persen. Ini kontraksi kedua, setelah di kuartal sebelumnya juga perekonomian turun lebih dalam di posisi minus 1,6 persen.
Kelesuan ekonomi itu mulai berdampak ke sektor tenaga kerja, dengan munculnya indikasi peningkatan pengangguran. Hal ini terlihat dari meningkatnya klaim asuransi kehilangan pekerjaan, semacam BPJS Ketenagakerjaan di Indonesia.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (4/8) merilis, dalam sepekan yang berakhir pada 30 Juli 2022, klaim kehilangan pekerjaan meningkat 6 ribu dari pekan sebelumnya. "Dalam sepekan terakhir hingga 30 Juli 2022, klaim kehilangan pekerjaan mencapai 260 ribu," demikian dinyatakan Departemen Tenaga Kerja AS.
Padahal pada pekan sebelumnya, tulis laporan yang sama, klaim asuransi kehilangan pekerjaan masih di angka 254 ribu.
ADVERTISEMENT
Peneliti ketenagakerjaan dari the Evans School of Public Policy and Governance, Washington University, AS, Maryam Noor, mengungkapkan yang menjadi korban pertama dari setiap resesi adalah kaum pekerja.
Karena dalam keadaan resesi , yang pertama dilakukan pengusaha adalah memangkas gaji pekerja. Jika belum cukup, maka PHK menjadi pilihan berikutnya. Padahal para pekerja harus menanggung biaya rumah tangga, hingga cicilan KPR yang tak berkurang.
"Sementara kalangan pengusaha justru menerima beragam insentif. Jika resesi besar 2008 adalah sebuah indikator, jelas terlihat kelas pekerja Amerika-lah yang paling dirugikan," tulisnya.
Maryam menyatakan itu sebagai respons atas sikap Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang meminta upah pekerja AS diturunkan. Hal itu dia ungkapkan dalam konferensi pers Mei 2022 lalu, yang menurutnya bisa jadi langkah untuk menurunkan inflasi AS.
ADVERTISEMENT
“Pengusaha sulit merekrut pekerja karena tren kenaikan upah terlalu tinggi dalam beberapa tahun terakhir,” kata Powell.