Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kementerian BUMN menyikapi penolakan Suprajarto terhadap hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), di mana Direktur Utama BRI itu ditunjuk sebagai bos baru BTN.
ADVERTISEMENT
Menurut Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultan Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, kini pihaknya terus melakukan komunikasi kepada Suprajarto terkait penugasan barunya sebagai Direktur Utama BTN.
"Pimpinan Kementerian BUMN senantiasa berupaya menyampaikan keputusan penugasan secara langsung pada pihak-pihak yang diberi penugasan. Komunikasi terus dilakukan untuk bersama sebagai keluarga besar BUMN untuk memberikan yang terbaik bagi kinerja dan pertumbuhan BUMN ke depan," ujar Gatot berdasar keterangan tertulis, Jumat (30/8).
Gatot menjelaskan, rotasi di jajaran direksi BUMN merupakan hal yang biasa dan penunjukan direksi disesuaikan dengan keahlian yang bersangkutan. Diharapkan direksi yang memimpin BTN ke depan bisa membawa BTN semakin kuat dan terus bertumbuh.
Sebelumnya, Suprajarto mengaku tak diberi tahu sebelumnya akan ditunjuk menjadi Direktur Utama BTN, apalagi diajak musyawarah. Dia pun memutuskan untuk tidak menerima penugasan dari Menteri BUMN, Rini Soemarno, itu.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak dapat menerima keputusan itu. Untuk itu saya memutuskan mengundurkan diri dari keputusan RUPSLB tersebut,” katanya dalam pernyataan pers yang berlangsung di Restoran Tesate Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).
Adapun Suprajarto merupakan bankir senior yang diangkat jadi Direktur Utama BRI pada Maret 2017. Kinerja Suprajarto selama memimpin BRI juga kinclong.
Hal itu tercermin dari total aset BRI pada semester I 2017 hanya Rp 1.027 triliun, kini naik Rp 1.288 triliun. Pun pada semester I 2019 BRI juga mengantongi laba bersih sebesar Rp 16,1 triliun, naik dibandingkan semester I 2018 yang hanya Rp 13,4 triliun.
Live Update