Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Respons Masyarakat Usai LRT Jabodebek Beroperasi dan Sempat Gangguan
2 September 2023 19:23 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ada yang mengatakan enggan memakai moda transportasi tersebut dalam waktu dekat hingga ada yang penasaran ingin mencoba. Sebagai teknologi baru di Indonesia, LRT Jabodebek merupakan transportasi berbasis rel tanpa masinis.
Karena masih baru ini, Shelly, pekerja swasta yang tinggal di Kuningan Jakarta Selatan, memaklumi gangguan yang terjadi kemarin.
"Tetap akan menggunakan LRT. Karena kemarin masih baru, jadi ya masih ada beberapa evaluasi. Dan saya yakin nantinya akan lebih baik. Aman," kata Shelly saat dihubungi kumparan, Sabtu (2/9).
Meski belum pernah menggunakan LRT, dan lebih sering memakai KRL, perempuan yang sering meggunakan transportasi umum dari Kuningan ke kawasan GBK ini akan memilih LRT dibanding KRL bila tempat tinggalnya dekat dengan Stasiun LRT.
ADVERTISEMENT
"Kalau tempat tinggal saya nantinya dekat dengan Stasiun LRT, ya saya bakal pakai tiap hari," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Ali, pekerja swasta yang tinggal Cibubur. Ali sehari-hari pulang dan pergi dari Cibubur-Jakarta menggunakan transportasi umum, KRL, MRT, dan dua kali sempat mencicipi naik LRT.
"Untuk gangguan dari saya pribadi belum pernah merasakan. Sejauh ini masih cukup aman. Ke depannya saya memilih LRT sebagai pengganti KRL karena sangat dekat dari rumah," kata Ali.
Komentar berbeda diutarakan Ragas, pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan ini mengaku dalam waktu dekat akan tetap menggunakan KRL dibanding LRT Jabodebek.
"Karena dari segi jadwal keberangkatan dan kedatangan lebih banyak. Lebih banyak terintegrasi dengan banyak tempat. Jalur lebih panjang dan luas," kata Ragas.
ADVERTISEMENT
Namun, ia tidak menutup kemungkinan akan beralih menggunakan LRT Jabodebek bila dari segi jadwal dan rute bisa memenuhi kebutuhannya untuk mobilisasinya dari Godangdia-Bogor, dan HI-Senayan bisa terakomodasi.
Dia juga memberi catatan untuk pintu LRT yang didesain cuma setinggi 160 cm. "Desain LRT kayaknya juga perlu disesuaikan, pintu terlalu pendek," ujarnya.
Sementara, pelaku UMKM asal Jakarta Timur, Rafi Sabirin, mengaku transportasi umum yang sering dia gunakan adalah Busway dengan rute Kampung Melayu Jakarta Timur ke Juanda Jakarta Pusat. Dibanding LRT, dia lebih memilih menggunakan KRL karena dia menilai stasiunnya sudah banyak terintegrasi dengan halte-halte Busway. Salah satu pertimbangannya belum ingin menggunakan LRT adalah masalah gangguan yang sempat dialami LRT moda transportasi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Itu bisa jadi pertimbangan mengingat orang yang menggunakan LRT biasanya menginginkan efisiensi waktu yang tinggi, apabila terjadi kendala demikian bisa dipastikan pengguna LRT akan merasa dirugikan," kata Rafi.
Sementara Aziz, pekerja swasta yang kini tinggal di Tebet Jakarta Selatan, masih enggan menggunakan LRT Jabodebek. Seringnya dia menggunakan KRL dan Transjakarta untuk mobilisasinya di rute Cikarang-Blok M, maupun Blok M ke Bogor.
"Gangguan LRT kemarin jadi pertimbangan, ini juga produk baru. Dan harganya juga terlalu mahal. Waktu tunggunya juga agak lama," kata Aziz.
KAI mencatat dalam 4 hari pengoperasian awal, volume penumpang LRT Jabodebek mencapai 96.426 penumpang. Trennya pun naik terus, dari 6.475 penumpang pada Senin (28/8), menjadi 28.381 penumpang pada Selasa (29/8), jadi 30.519 penumpang pada Rabu (30/8), dan menyentuh angka 31.051 penumpang pada Kamis (31/8). Stasiun yang paling banyak melayani penumpang adalah Stasiun Dukuh Atas dan Harjamukti.
ADVERTISEMENT