Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
RI Defisit Gas, Industri Pengguna Waspada Potensi Deindustrialisasi
10 Mei 2025 17:43 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) mewaspadai kondisi defisit gas bumi, terutama di wilayah Sumatera dan Jawa Barat (Jabar), berdampak pada potensi deindustrialisasi.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum FIPGB, Yustinus Gunawan, mengatakan pemerintah harus segera memastikan surplus produksi gas bumi untuk memenuhi kebutuhan domestik jika ingin mengembalikan kepercayaan dunia usaha.
"Info defisit ini pasti menakutkan investor dan memicu deindustrialisasi. Padahal, pemerintah butuh investasi dan industri untuk capai pertumbuhan ekonomi 8 persen," ujarnya kepada kumparan, dikutip Sabtu (10/5).
Yustinus menuturkan, dampak produksi gas terhadap industri pengguna gas bumi terindikasi dari Indeks Manufaktur Indonesia berada di level 46,7 pada April 2025.
Menurutnya, laju ekspansi industri manufaktur Indonesia menunjukkan perlambatan berdasarkan laporan S&P Global Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis Jumat (2/5). PMI Manufaktur April di level 46,7 ini juga turun dibanding Maret 2025 yang berada di level 52,4.
ADVERTISEMENT
"Kami pengguna gas bumi sangat berharap produksi gas bumi diperuntukkan sepenuhnya untuk industri dalam negeri, ini untuk memperkuat industri manufaktur sebagi economy driver," tegas Yustinus.
Yustinus menilai, target pertumbuhan ekonomi 8 persen juga perlu keberpihakan pemerintah. Para pengusaha, kata dia, meyakini target itu bisa tercapai bila pemerintah mengalokasikan gas bumi untuk industri dengan skema Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
Selain itu, dia berharap produksi gas bumi bisa meningkat, bahkan surplus di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kementerian ESDM bahwa surplus gas bisa terjadi dari pasokan Natuna Barat.
"Gas tersebut akan dialirkan melalui pipa dari West Natuna tersebut ke Batam, selanjutnya ke jaringan pipa transmisi gas Sumatera Utara, lalu direncanakan ke pipa transmisi Sumatera-Jawa," jelas Yustinus.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN mengungkap pasokan gas di Sumatera dan Jabar terjadi defisit pada tahun ini. Penurunan pasokan gas akan semakin dalam pada tahun 2026 hingga tahun 2035.
Berdasarkan data PGN, defisit gas di wilayah Sumatera Selatan, Sumatera bagian tengah, Lampung, dan Jabar mencapai 177 MMscfd pada akhir 2025 dengan suplai yang hanya sebanyak 388 MMscfd, Sementara kebutuhannya mencapai 566 MMscfd.
Kondisi tersebut utamanya karena penurunan natural (natural declining) dari pemasok hulu gas bumi, serta belum dapat diimbangi dengan temuan cadangan dan produksi dari lapangan gas bumi baru
Sementara menurut Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, kondisi defisit gas bumi diakibatkan perhitungan yang tidak cermat antara ketersediaan dan kebutuhan gas bumi.
ADVERTISEMENT
"Memang awalnya ada perhitungan defisit gas kita untuk konsumsi dalam negeri. Karena apa itu terjadi? Karena pada saat perencanaan masa lampau, tidak kita perhitungkan baik terhadap konsumsi kebutuhan dalam negeri," ungkapnya saat ditemui di Onshore Receiving Facility ENI Muara Bakau B.V Senipah, Kalimantan Timur, Rabu (30/4)
Untuk itu, Bahlil menyebutkan pemerintah akan merealokasi atau mengalihkan gas bumi yang seharusnya diekspor, sementara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Begitu kita melakukan review, maka sebagian yang jatahnya harus diekspor, kami untuk sementara memenuhi dulu kebutuhan dalam negeri," jelas Bahlil.