RI Masih Impor Ikan dari China hingga Rusia, Nilainya Capai Rp 2 Triliun

17 September 2024 14:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nelayan memanen makanan laut di sebuah peternakan di perairan China di seberang pulau Matsu yang dikuasai Taiwan dekat Teluk Luoyan, provinsi Fujian, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Nelayan memanen makanan laut di sebuah peternakan di perairan China di seberang pulau Matsu yang dikuasai Taiwan dekat Teluk Luoyan, provinsi Fujian, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia sebagai negara maritim dengan luas perairan yang besar dan sumber daya kelautan yang melimpah, ternyata masih bergantung pada impor ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik.
ADVERTISEMENT
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai impor ikan Indonesia secara kumulatif Januari hingga Agustus 2024 tembus USD 130,039 juta atau setara dengan Rp 1,99 triliun (kurs Rp 15.334).
“Nilai impor ikan Januari sampai dengan Agustus 2024 adalah sebesar USD 130,039 juta dengan volume impor ikannya di Januari hingga Agustus 2024 sebesar 56,80 juta kilogram (kg),” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Selasa (17/9).
Pudji menjelaskan, pada bulan Agustus 2024 Indonesia sudah mengimpor 9,70 juta kilogram ikan dengan nilai USD 19,23 juta atau setara dengan Rp 294 miliar. Jenis ikan yang diimpor bervariasi, mulai dari ikan makarel pasifik, ikan beku, trout, tuna skipjack, hingga salem Atlantik.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, khusus pada bulan Agustus 2024 saja, volume impor ikan makarel dengan kode HS 03035420 (Scomber japonicus) tercatat sebanyak 3,76 juta kg. Kemudian, impor ikan beku (Gadus morhua, Gadus ogac, Gadus macrocephalus) dengan kode HS 03036300 sebanyak 759 ribu kg.
Ikan lainnya yang diimpor dalam jumlah besar adalah ikan trout (Salmo trutta, Oncorhynchus mykiss, Oncorhynchus clarki, Oncorhynchus aguabonita, Oncorhynchus gilae, Oncorhyncus apache dan Oncorhynchus chrysogaster) dengan kode HS 03021100 sebanyak 322 ribu kg. Ikan tuna skipjack dengan HS 03034300 sebanyak 1,25 juta kg.
Selanjutnya, RI juga impor ikan salem Atlantik (Salmo salar) dan salem Danube (Hucho hucho) dengan 03021400 sebanyak 175 ribu kg. Serta ikan jenis lainnya sebanyak 3,42 juta.
ADVERTISEMENT

Negara Asal Impor: Dominasi China hingga Rusia

Pudji mengatakan, jika dilihat dari negara asal impor, Tiongkok hingga Rusia menjadi penyumbang terbesar dalam pasokan ikan impor ke Indonesia.
“Negara asal impornya ikan ini berasal dari Norwegia, Tiongkok, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat,” kata Pudji.
Secara rinci, pada bulan Agustus 2024, Indonesia mengimpor ikan dari Norwegia sebesar USD 3,67 juta. Disusul Tiongkok dengan nilai USD 3,58 juta.
Rusia juga berkontribusi cukup besar dengan nilai impor USD 2,53 juta. Negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Amerika Serikat, masing-masing menyumbang USD 1,55 juta dan USD 1,45 juta. Sementara impor ikan dari negara lain tercatat sebesar USD 6,42 juta.

Isu Susu Ikan jadi Alternatif Pengganti Susu Sapi

KKP dan Kemenkop UKM luncurkan susu ikan sebagai produk hilirisasi. Foto: Dok. KKP
Dalam beberapa waktu terakhir, wacana mengenai susu ikan menjadi alternatif pengganti susu sapi, khususnya dalam program makan bergizi gratis, sempat mencuat di media.
ADVERTISEMENT
Isu ini bermula ketika Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD, Sis Apik Wijayanto, mengatakan pengadaan susu dari peternakan sapi perah terintegrasi (mega farm) butuh waktu dua hingga tiga tahun. Untuk itu, ID FOOD mengkaji alternatif selain produk susu sapi.
“Tapi jika tidak mungkin ada produk alternatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi misal dari ikan ada juga,” kata Sis Apik.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menilai opsi susu ikan sudah tepat karena kapasitas produksinya yang cukup besar untuk mengganti susu sapi impor.
“Menurut saya tepat sekali memanfaatkan potensi susu ikan untuk program perbaikan gizi masyarakat dalam MBG. Susu ikan punya potensi produksi yang sangat besar untuk menggantikan susu sapi impor yang saat ini mencapai 80 persen dari kebutuhan nasional,” kata Teten.
ADVERTISEMENT
Teten menyebut kandungan susu ikan juga tidak kalah dengan susu sapi. Sehingga produk itu dianggap tepat menjadi opsi memenuhi kebutuhan susu dalam negeri.
“Jadi ini juga bisa untuk substitusi impor susu. Dan kandungan gizi susu ikan sama dengan susu sapi. Kelebihannya tidak ada masalah dengan alergi seperti susu sapi untuk sebagian orang indonesia,” jelas Teten.