RI Punya Potensi CCS Terbesar Dunia, Bahlil: Kita Jangan Kufur Nikmat

25 September 2024 14:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
 Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia diberkahi dengan potensi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS) terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Bahlil menyebutkan, selain tengah menggencarkan pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dunia juga memperhatikan implementasi teknologi CCS dalam industrinya.
Indonesia, kata dia, memiliki potensi CCS yang sangat luar biasa sekali. Bahkan menurut perhitungan potensi ini menjadi salah satu cadangan terbesar di dunia.
"Tuhan ini memberikan satu sumber daya yang luar biasa kepada bangsa kita ini. Jadi kita ini jangan kufur nikmat," tegasnya saat kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (25/9).
Lebih lanjut, dia menjelaskan CCS bisa memanfaatkan sumur minyak dan gas bumi (migas) alias reservoir serta kawasan yang mengandung kadar garam tinggi yang disebut dengan saline aquiver.
"Bekas-bekas daripada sumur minyak, sumur gas, dan sebagian negeri kita yang eks tambak-tambak garam itu, itu ternyata secara tidak sadar, itu adalah tempat untuk menyimpan CO2," jelas Bahlil.
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dengan demikian, Bahlil menilai isu energi hijau tidak hanya menjadi isu nasional namun berpotensi merambah kepada isu geopolitik karena berkaitan dengan industri manufaktur.
Bahlil mencontohkan, investasi asing (foreign direct investment/FDI) yang masuk ke Asia Tenggara di sektor keuangan terbesar adalah Singapura, sementara sektor manufaktur adalah Indonesia.
"Pertanyaan kita adalah, apakah mau kemudian Indonesia menjadi salah satu negara pemain terbesar di Asia Tenggara untuk di sektor manufaktur yang berorientasi pada green energy atau green product? Kalau itu kita mau, maka tetap yang dilakukan terhadap energi baru terbarukan kita harus dilakukan secara baik," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pasar karbon Indonesia berpotensi jadi yang terbesar di dunia dengan banyaknya carbon capture utilization and storage (CCUS) yang dibangun. Mulai dari Arun di Aceh, Teluk Bintuni di Papua, di Maluku Utara, dan di Blok Cepu di Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Karbon yang sebelumnya dilepaskan ke udara dari kegiatan seperti pengeboran hulu migas, akan dimasukkan atau ditimbun di dalam tanah seperti gudang bawah tanah agar bisa mengurangi emisi.
Untuk di Arun saja, kata dia, kapasitas karbon yang bisa ditimbun sekitar 30 juta ton per tahun, sedangkan kita punya emisi 778 juta ton. Maka dalam waktu 25 tahun, kita bisa menyerap seluruh karbon yang ada, hanya dari 1 CCUS.
"Kita punya CCUS di Teluk Bintuni, di Malut, lalu ada juga di Cepu, bisa kita masukkan. Jadi ware house atau 'gudang bawah tanah' ini di Indonesia salah satu yang terbesar," katanya dalam acara Green Initiative kumparan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9).