Rusia Mundur dari Perjanjian Ekspor Gandum, Berdampak ke Produksi Indomie?

21 Juli 2023 12:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Indomie Goreng Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Indomie Goreng Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) memastikan keputusan Rusia untuk menarik diri dari perjanjian ekspor gandum di laut hitam tak berpengaruh kepada produksi mi instan buatannya, Indomie.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franciscus Welirang alias Franky Welirang mengungkapkan, bahwa keputusan Rusia itu tidak berdampak dengan kenaikan harga mi instan yang salah satu komponen utamanya adalah gandum.
"Kondisi demikian tidak ada hubungannya dengan Mi Instant. Apalagi kondisi saat ini juga sudah berbeda," kata Franky Welirang saat dihubungi kumparan, Jumat (21/7).
Sebelumnya, Rusia menggempur pelabuhan Laut Hitam Ukraina, tempat ini merupakan salah satu pusat pengiriman gandum. Serangan Rusia ini dilakukan setelah mereka menolak perjanjian ekspor gandum.
Serangan Rusia ini mendapat respons keras dari PBB. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengecam serangan Rusia.
Ilustrasi gandum. Foto: Reuters/s Duvignaua
"Serangan ini berdampak besar terhadap luar dan dalam Ukraina. Kami telah melihat efek negatif pada harga gandum dan jagung global yang merugikan semua orang, terutama orang-orang yang rentan di belahan dunia selatan," kata Guterres dilansir AFP, Jumat (21/7).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut serangan Rusia telah menghancurkan 60 ribu ton gandum yang akan diekspor.
Zelensky menuduh Rusia menargetkan tempat penyimpanan gandum secara sengaja.

Pengaruhnya ke Indonesia

Direktur Eksekutif dan Ekonom CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan, dampak keputusan Rusia menarik diri dari kelompok ekspor gandum dapat mempengaruhi pasokan gandum untuk industri makanan dan minuman di dalam negeri.
Meskipun impor gandum terbesar Indonesia dari Australia, berkurangnya suplai gandum dari Ukraina akan berdampak serius kepada pasokan gandum global.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira. Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan
"Meski impor gandum Indonesia sebagian besar dari Australia dan hanya 166.758 ton dari Ukraina tapi efek berkurangnya suplai gandum Ukraina juga berdampak serius ke perebutan gandum di tingkat global," kata Bhima saat dihubungi kumparan, Jumat (21/7).
ADVERTISEMENT
Menurut Bhima, harga gandum kontrak baru setelah Rusia menarik diri dari kelompok ekspor gandum di laut hitam diprediksi melonjak. Kemudian, negara-negara yang kekurangan stok gandum juga akan beralih impor ke gandum Australia. Kondisi ini akan menyebabkan perebutan gandum Australia antar negara importir.
"Ini kalau tidak hati hati bisa jadi rantai pasok gandum bergeser semua. Sebagian besar masyarakat miskin yang terbiasa makan mi instan misalnya harus menanggung kenaikan harga apabila ada gangguan stok gandum," ujar Bhima.