Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Di saat ini banyak negara dunia migrasi ke jaringan internet selulernya generasi terbaru yaitu jaringan 5G , di Indonesia justru masih ada desa yang belum tersentuh oleh sinyal 2G. Sulitnya daerah yang dijangkau menjadi kendala mesti pipa fiber optics sudah banyak tersambung di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam paparan yang disampaikan Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Merza Fachys, desa yang sudah dibangun infrastruktur sinyal 2G baru 88,60 persen. Itu artinya, masih ada 11,4 persen desa yang bahkan belum tersentuh sinyal 2G.
Sedangkan di level kecamatan, baru ada 89 persen yang sudah mendapatkan sinyal 2G. Lalu di kabupaten atau kota 94 persen. Sedangkan di level provinsi sudah 100 persen.
"Kalau kita lihat cellular coverage di Indonesia, untuk 2G saja belum mencakup semuanya," kata dia dalam diskusi 'Peran Infratsruktur ICT dalam Masa Pandemi' secara virtual, Kamis (5/10).
Begitu pun dengan sinyal 3G. Baru ada 77,47 persen desa yang sudah memiliki sinyal 3G. Di kecamatan baru ada 80 persen, di kabupaten atau kota baru 88 persen, dan di provinsi baru 94 persen.
ADVERTISEMENT
Untuk sinyal 4G pun demikian. Di desa, baru mencapai 82,36 persen, di kecamatan 82,88 persen, di kabupaten kota 90 persen, dan di provinsi baru 97 persen. Secara rata-rata, sinyal 4G baru dinikmati 50 persen masyarakat Indonesia.
"4G baru 50 persen. Jadi walaupun fiber optic sudah tersambung, tapi membawa jaringan ini ke user, (upaya) effort-nya masih sangat besar," kata dia.
Masih belum meratanya sinyal di Indonesia, terutama 4G diakui oleh pemerintah. Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ismail mengatakan, ada 12 ribu desa yang belum mendapatkan sinyal 4G.
Dia mengatakan, 12 ribu desa ini berada di daerah sulit, di antaranya wilayah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T). Jadi, meski fiber optic sudah tersambung, infrastruktur untuk mengantarkan jaringan hingga ke user yaitu masyarakat belum merata karena perusahaan operator lebih banyak membangun jaringan di perkotaan.
ADVERTISEMENT
"Untuk masalah pemerataan ini kita punya masalah. Dari 82 ribu desa, ada 12 ribu desa belum terkoneksi 4G. Ada tantangan berat sebab titik desa ini paling sulit dijangkau dan perlu cost (investasi) besar. Kalau perlu seluler, ini tampaknya akan panjang. Seluler company masih banyak bangun di daerah besar," ujar dia.