Saham Asia Berada di Level Tertinggi Dalam 2 Tahun, Ini Pendorongnya

20 Juni 2024 7:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Investor di Asia memasuki fase bullish dengan saham-saham Asia berada pada level tertinggi dalam dua tahun, Kamis (20/6). Ini didorong oleh menguatnya sektor teknologi dan ketenangan di pasar global yang membatasi volatilitas dan melonggarkan kondisi keuangan.
ADVERTISEMENT
Meskipun pasar di Amerika Serikat (AS) tutup pada hari Rabu kemarin, tetapi investor tidak terganggu oleh potensi kekhawatiran likuiditas. Hal ini tercermin dari indeks MSCI Asia di luar Jepang melonjak lebih dari 1 persen ke level tertinggi sejak April 2022, dan indeks MSCI World mencapai rekor tertinggi.
Mengutip Reuters, Kamis (20/6), yang menjadi perhatian dari kalender Asia dan Pasifik pada hari Kamis adalah keputusan suku bunga dari Tiongkok dan Indonesia, serta angka PDB kuartal pertama dari Selandia Baru.
Bukan tidak mungkin Selandia Baru akan tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal pertama, meskipun resesi tersebut sangat ringan. Perkiraan konsensus Reuters yaitu pertumbuhan PDB dari kuartal ke kuartal sebesar 0,1 persen, disusul dengan kontraksi sebesar 0,1 persen pada periode Oktober-Desember 2024.
ADVERTISEMENT
Bank Rakyat Tiongkok kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya tidak berubah, setelah mempertahankan fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) tetap stabil pada awal pekan ini. Sebagian besar, pasar menggunakan suku bunga MLF sebagai panduan atau tolok ukur dalam pemberian pinjaman.
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utamanya, sebesar 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Juni 2024. Perubahan prospek ini didorong oleh merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke posisi terendah dalam empat tahun, yang menyebabkan Bank Indonesia secara tak terduga menaikkan suku bunga pada bulan April.
Sementara inflasi masih berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 1,5-3,5 persen selama hampir satu tahun. Namun, kebijakan Federal Reserve AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dan kekuatan dolar yang terus-menerus melemahkan harapan penurunan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, saham teknologi Asia berada pada tren yang positif. Indeks teknologi Hang Seng Hong Kong melonjak 3,7 persen pada hari Rabu kemarin, salah satu hari terbaiknya tahun ini.
Jika kondisi keuangan AS merupakan pendorong utama bagi pasar secara lebih luas, investor di Asia seharusnya bersikap bullish terhadap kondisi keuangan AS saat ini, karena paling longgar sejak bulan Maret lalu, dan yang paling longgar dalam dua setengah tahun.
Dalam mata uang, yen tetap berada di dekat posisi terendah yang mendorong Tokyo untuk melakukan intervensi baru-baru ini, namun para pedagang tetap tenang meskipun volatilitas satu bulan dolar/yen tersirat turun untuk hari keenam pada hari Rabu ke level terendah sejak 8 April.
ADVERTISEMENT