Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sejarah Toko Buku Gunung Agung: Pendukung Bung Karno, Kini akan Tutup Total
22 Mei 2023 21:53 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kerugian itu terjadi sejak pandemi, yang membuat pengunjung dan penjualan toko buku anjlok. Hal itu kemudian terpaksa diikuti penutupan sejumlah toko. Tak sampai di situ, efisiensi perusahaan gagal membuat Toko Buku Gunung Agung bertahan.
“Karena itu pada akhir tahun 2023 ini kami berencana menutup toko/outlet milik kami yang masih tersisa. Keputusan ini harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar,” kata Direksi PT GA Tiga Belas, perusahaan yang membawahi, Toko Buku Gunung Agung dalam pernyataan tertulis, Minggu (21/5).
Bagi generasi yang dilahirkan di era 80-an hingga 90-an, Toko Buku Gunung Agung yang berpusat di Kwitang, Jakarta Pusat, punya banyak kenangan.
ADVERTISEMENT
"Terima kasih Gunung Agung sudah menemani masa kecil saya dan keluarga. Dulu sering kesini sama adik-adik dan (alm) ayah. Semoga kelak muncul toko online-nya atau aplikasi penyedia e-book atau re-branding dengan nama baru," tulis akun @bagaskara.journeys di akun instagram kumparan.
Dia mengaku tak bisa berharap apa-apa lagi dengan rencana penutupan toko buku itu. Tapi dia mendoakan yang terbaik buat para karyawan dan pemilik toko buka, seraya mengucap terima kasih telah mengiringi masa kecilnya yang penuh kenangan.
"Wish nothing but the best for them, thanks for being part of such wonderful childhood memories and knowledge," katanya lagi.
Dukung Bung Karno di Operasi Trikora
Toko Buku Gunung Agung punya sejarah panjang sejak didirikan pada 1953 oleh pengusaha Tionghoa, Tjio Wie Tay. Belakangan namanya lebih dikenal sebagai Haji Masagung, setelah menjadi mualaf pada 1975. Salah satu bagian sejarah, mencatat Toko Buku Gunung Agung sebagai pendukung Operasi Trikora, yakni operasi militer pada 1961 yang digagas Presiden Soekarno untuk melawan Belanda di Irian Barat.
ADVERTISEMENT
Hal itu seperti diungkapkan dalam buku biografi Haji Masagung berjudul 'Di Usia Senja Ingin Mengharumkan Nama Islam'. Menurut penulis Murthiko, saat operasi penggabungan Irian Barat ke Indonesia itu, Masagung berperan besar dalam menyuplai bahan bacaan berbahasa Indonesia.
"Ia segera mendirikan Toko Buku di berbagai kota di Irian Barat. Ia juga rajin mengirimkan buku-buku berbahasa Indonesia untuk menggantikan buku-buku berbahasa Belanda (hal. 29). Tak hanya menyuplai buku, Masagung juga menyelenggarakan pameran buku di beberapa kota di Irian Jaya."
Dukungan Masagung pada kebijakan politik Bung Karno , karena mereka berdua bersahabat. Juga dengan Bung Hatta. Apalagi dwitunggal Proklamator Indonesia itu dikenal sebagai penggila buku. Sejumlah buku tentang Bung Karno pun, sempat diterbitkan oleh Gunung Agung.
ADVERTISEMENT
Masih dari buku biografinya, terungkap bahwa perkenalan Masagung dengan Bung Karno dan Bung Hatta, terjadi pada 1954. Yakni saat Bung Karno dan Bung Hatta hadir di acara pameran buku dan Pekan Buku Nasional yang digagas pendiri Toko Buku Gunung Agung itu.
Bisnis Membesar Tak Hanya Toko Buku
Persahabatan itu juga yang kemudian membuat nama Mohammad Hatta, masuk jajaran komisaris PT Gunung Agung, perusahaan milik Masagung. Selain itu juga ada nama-nama tokoh nasional lainnya seperti Adinegoro dan HB Jassin.
Di puncak kejayaannya, PT Gunung Agung tak hanya membawahi bisnis toko buku. Skripsi (2017) yang ditulis Septi Nurizkiyani, mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengungkapkan perusahaan itu pernah punya sembilan anak usaha yang merambah berbagai sektor bisnis.
ADVERTISEMENT
Seperti agen alat tulis terkemuka Parker, bisnis rokok Dunhill dan Rothmann, agen perdagangan film Kodak melalui PT Inter Delta, money changer melalui PT Ayu Masagung, hingga sektor properti, serta bisnis makanan dan minuman.
Sebelum meninggal dunia pada September 1990, Haji Masagung telah menyerahkan pengelolaan bisnis termasuk Toko Buku Gunung Agung pada tiga anaknya. Yakni Putra Masagung, Made Oke Masagung, serta Ketut Masagung.
Perubahan tantangan bisnis, serta usaha yang terlalu ekspansif, membuat perusahaan terlilit utang besar. Satu demi satu anak usaha PT Gunung Agung pun tutup . Salah satu yang bertahan setelah 70 tahun adalah Toko Buku Gunung Agung. Tapi toko buku bersejarah itu pun, tak lagi mampu menghadapi gempuran digitalisasi, termasuk di industri buku.
ADVERTISEMENT