Sekarang Bus Trans Semarang Menggunakan Bahan Bakar Gas

9 Januari 2019 13:20
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus Trans Semarang (Foto: Instagram @transsemarang)
ADVERTISEMENT
Konversi bahan bakar gas yang saat ini diterapkan pada BRT Trans Semarang disambut positif oleh berbagai pihak. Sebelumnya, Pemerintah Kota Semarang menjalin kerja sama dengan Pemerintah Toyama City Jepang dalam program konversi bahan Bakar dari solar menjadi gas. Penandatanganan MOU kedua belah pihak telah dilakukan pada 14 Desember 2017.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan pembiayaan program konversi dari Bahan Bakar Minyak menjadi Bahan Bakar Gas (BBG) sebesar Rp 10 miliar. Kementerian Lingkungan Hidup Jepang sepakat membiayai program ini sebesar 50 persen dengan skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Sedangkan 50 persen lainnya ditanggung oleh APBD Kota Semarang.
"Sebanyak 72 bus dari koridor 1, 5, 6, 7, dan koridor Bandara telah dipasang alat konveter BBG dan rampung pada Desember 2018," ujar Kepala Badan Layanan Umum (BLU) UPTD Trans Semarang Ade Bhakti Ariawan, usai Grand Launching Program Converter Gas BRT Trans Semarang di Hotel Patra Jasa, Rabu (9/1).
Ade menjelaskan dengan menggunakan gas, emisi kendaraan rendah dan ramah lingkungan. Selain itu biaya operasional armada juga lebih murah dan bikin awet mesin kendaraan.
ADVERTISEMENT
Perhitungannya, dalam sehari bus beroperasi membutuhkan bahan bakar solar rata-rata 80 liter solar dengan harga Rp 5.150 per liternya. Sedangkan menggunakan bahan bakar gas cukup dengan mengisi 60 liter per hari dengan harga gas Rp 3.100 per liternya.
Saat pengisian bahan bakar gas ke salah satu armada trans Semarang. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
"Konversi dari BBM ke BBG ini tidak 100 persen menggunakan gas, kami menggunakan sistem yang disebut retrofit, yakni dapat menggunakan gas dan solar. Bahan bakar solar digunakan sebagai cadangan," terangnya.
Mengenai keamanan, Ade menegaskan, tabung konveter gas yang dipasang sudah melewati uji standar khusus untuk CNG yang memiliki tekanan 200 bar. Jadi tabung Converter BBG ini dijamin sangat aman sehingga tidak perlu khawatir akan meledak.
Selain itu, valve yang terpasang adalah valve yang aman yang hanya bekerja berdasarkan koneksi dari Electronic Control Unit (ECU). Jika tidak ada perintah dari ECU, gas tidak akan keluar dari tabung.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu tabung bahan bakar tidak akan mengalami kebocoran termasuk selang sambungan meski terlepas tidak menyebabkan kebocoran. Terkait dengan ketahanan tabung, sudah melewati tahapan tes saat diuji coba, tabung ditembak peluru 12 mm tidak tembus. Sehingga aman digunakan pada BRT Trans Semarang,” tuturnya.
Sementara itu terkait dengan stasiun pengisian BBG atau (SPBG), di Semarang sudah memiliki sejumlah SPBG di antaranya SPBG Mangkang, Penggaron dan Kaligawe. Meski sudah ada, ketiga SPBG itu belum diaktifkan. Kata Ade, pengisian BBG sementara akan dilakukan di kantor Dishub Kota Semarang, Jalan Tambak Aji. Dalam hal ini, BRT Trans Semarang sudah bekerja sama dengan PT Pertagas Niaga.
"Keberadaan MRU akan memudahkan pengisian bahan bakar dengan CNG (Compressed Natural Gas), untuk sistem pengisian BBG, akan dilakukan setelah akhir pelayanan. Pada saat pengisian mesin harus dalam keadaan mati dan kondisi di dalam armada kosong," pungkas Ade.
ADVERTISEMENT