Selama Pandemi, Transaksi LinkAja di Pasar Tradisional Melesat 64 Persen

29 Agustus 2020 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dompet digital Linkaja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dompet digital Linkaja. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) mencatat adanya pergeseran pola penggunaan (usecase) di platform LinkAja selama pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja mengatakan, sebelum pandemi perusahaan banyak melayani pembayaran untuk transportasi, khususnya kereta api. Namun, penggunaan untuk transportasi berkurang sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selama pandemi, layanan lebih banyak digunakan untuk transaksi kebutuhan pokok dan makanan.
“Transaksi untuk transportasi atau bayar SPBU sudah pasti menurun karena orang enggak ke mana-mana. Tapi bukan berarti kami enggak bisa growing. Kebanyakan pengguna menggunakan LinkAja untuk belanja di pasar tradisional,” ungkap perempuan yang akrab disapa Fey tersebut dalam Webinar Financial Services Breakthrough in Pandemic, Sabtu (29/8).
Seperti diketahui LinkAja bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) tergabung dalam proses revitalisasi pasar tradisional di seluruh Indonesia. Dalam kerja sama ini LinkAja menyediakan solusi pembayaran pembelanjaan secara digital di 18 pasar tradisional yang tersebar di Jakarta.
Direktur Utama LinkAja, Haryati Lawidjaja. Foto: Dok. LinkAja
Berbagai pasar tradisional yang dapat melayani sistem pembelanjaan secara online ini dibagi ke dalam tiga sektor, yakni sektor satu terdiri dari Pasar Senen, Pasar Kue Senen, Pasar Jaya Gondangdia, Pasar Cempaka Sari, Pasar Poncol Jaya. Untuk sektor dua terdiri dari Pasar Kebayoran Baru, Pasar Mayestik, Pasar Santa, Pasar Blok A, Pasar Jaya Cidodol, Pasar Cipulir, dan Pasar Buah Barito, sedangkan untuk sektor tiga terdiri dari Pasar Muara Karang, Pasar PIK, Pasar Kamal, Pasar Rawa Gabus, Pasar Lima Lima, dan Pasar Muara Angke.
ADVERTISEMENT
Linkaja melaporkan terjadi kenaikan transaksi selama April-Mei 2020 sebesar 19,5 persen. Peningkatan Peningkatan terbesar terjadi pada pasar tradisional yang mengalami kenaikan transaksi sebesar 64 persen, diikuti dengan ritel modern sebesar 12,8 persen.
Menurut Fey peningkatan transaksi di tengah pandemi COVID-19 terjadi karena adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih memilih bertransaksi secara digital dibandingkan dengan tunai, karena dirasa lebih aman.
“Saat PSBB orang enggak bisa ke mana-mana. Tapi pedagang harus tetap jualan kan. Kalau enggak, mereka dapat uang dari mana. Di sisi lain masyarakat tetep butuh makan, makanya pasar kalau tutup semua enggak bisa. Nah solusi apa yang bisa kita deliver secara cepat,” ujar Fey.
Tidak hanya untuk belanja di pasar tradisional, LinkAja juga mencatat adanya kenaikan transaksi untuk pembayaran retribusi daerah. “Enggak cuma pasar, untuk retribusi pembayaran di daerah, biasanya orang harus dateng ke Pemda untuk bayar, dan harus antre. Nah kita percepat untuk bisa akselerasi,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, lanjutnya, LinkAja termasuk layanan Syariah LinkAja, akan terus meningkatkan layanan, fitur, dan keamanan bertransaksi. Salah satu strategi yang penting adalah berkolaborasi dengan banyak pihak. Fey menegaskan di era digital saat ini, kolaborasi menjadi kunci utama mendorong penetrasi transaksi cashless.
“Kita enggak mungkin secara sendiri. Harus kolaborasi. Setiap elemen punya tugas masing-masing. Nah di sinilah kolaborasi dibutuhkan. Kita berkolaborasi dengan kementerian, local government. Jadi semua kita ajakin,” tandasnya.