Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Sempat Dilarang Pemerintah, Bisnis Baju Bekas Impor Menjamur Lagi di Pasar Senen
7 Juli 2024 16:26 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan, Minggu (7/7), hiruk pikuk pembeli utamanya terpantau di lantai dasar Blok 1 dan 2, tempat kios-kios baju bekas impor atau thrifting menjajakan barang jualannya. Bisnis ini masih menjamur.
Gedung yang baru dibangun kurang lebih 1 tahun ke belakang ini menjadi tempat bagi 150 kios thrifting. Tidak hanya pengunjung berusia lanjut, namun juga pemuda-pemudi terlihat hilir mudik membawa kantong kresek berisi tumpukan baju bekas impor .
Salah satunya Rasyid, pemuda berumur 23 tahun asal Cempaka Putih Jakarta Pusat, perdana mencoba thrifting di Pasar Senen hari ini. Dia rutin membeli baju bekas sejak tahun 2020.
"Karena yang pasti buat ramah lingkungan juga, selain itu emang harganya pasti jauh lebih murah dan kita juga bisa lebih mengkreasikan outfit jadi lebih bisa mix and match lebih gampang," ujarnya saat ditemui kumparan.
ADVERTISEMENT
Dwi, seorang ibu berusia 53 tahun, juga mengaku senang berbelanja thrifting di Pasar Senen. Selain untuk kebutuhan diri sendiri, dia juga membelikan baju buat anak-anaknya. Menurutnya, baju bekas di Pasar Senen lebih berkualitas daripada toko grosir asli lokal.
"Tetap layak tapi lebih fashionable, lebih murah juga, sudah pasti kalau lebih murah karena namanya juga thrifting. Tapi lebih bagus model-modelnya dibanding kita ke Tanah Abang," ungkapnya.
Banyak dari Jepang dan Korea
Pakaian bekas impor di Pasar Senen yang kumparan temukan umumnya berasal dari Jepang atau Korea Selatan. Salah satu penjual, Noah, menyebutkan dari seluruh 150 kios di Blok 1 & 2 Pasar Senen Jaya, mengimpor dari kedua negara tersebut.
"Ini luar semua sih kebanyakan Korea sama Jepang, memang dari situ produknya bukan dari Indonesia. Ini barang bukan sembarang barang, made in Korea!" tegasnya.
ADVERTISEMENT
Noah yang sudah berjualan baju bekas impor di Pasar Senen sejak 6 tahun silam mengatakan, konsumennya lebih menyukai model pakaian dari kedua negara tersebut. Dia tidak menyebutkan negara lain yang memasok baju impor, tidak terkecuali Thailand atau China.
"Kalau Thailand ada cuma aku jarang bongkar, kebanyakan Jepang sama Korea. Stand di sini semuanya kebanyakan Korea-Jepang, 100 persen. Ada 150 kios kayaknya lebih," tutur Noah.
Senada, penjual baju bekas impor lain di Pasar Senen, Marpaung, mengatakan kegiatan thrifting utamanya diminati oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, sebab harganya yang terlampau murah dari pusat perbelanjaan.
Berdasarkan pantauan, penjual baju bekas impor di Pasar Senen mayoritas menjual baju di bawah Rp 50.000 per buah. Bahkan, baju yang dijual merupakan merek terkenal dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Kita ini menciptakan wisata belanja. Kadang-kadang datang orang-orang dari Eropa melihat, dia senang. Ini wisata belanja yang kita ciptakan ini," ucapnya.
Marpaung berharap, pemerintah bisa semakin peduli dengan nasib penjual baju bekas impor. Salah satunya dengan melegalkan bisnis ini dan menciptakan payung hukumnya, sehingga kegiatan thrifting bisa terkendali dan terjamin keamanannya.
Produk Tekstil Impor Akan Kena Bea Masuk
Setelah upaya menutup bisnis thrifting tak berhasil, pemerintah kini tengah menyusun komoditas yang akan kena bea masuk 200 persen. Rencananya ada 7 komoditas, antara lain produk tekstil, pakaian jadi, keramik, elektronik, kosmetik, barang tekstil sudah jadi lainnya, dan alas kaki.
“Rapat itu memutuskan ada tujuh komoditas yang harus mendapatkan perhatian khusus. Jadi tujuh itu, tentu kita Kemendag akan melakukan segala upaya sesuai dengan ketentuan dan aturan kita nasional maupun yang sudah disepakati lembaga dunia," kata Zulhas kepada wartawan di kantor Kemendag, Jumat (5/7).
ADVERTISEMENT
Pihaknya masih mengkaji besaran biaya masuk yang akan dikenakan untuk produk asal China tersebut. “Nanti dihitung, bisa 50 persen, 100 persen sampai 200 persen, tergantung,” ujar Zulhas.