Sepatu pun Kini Bermotif Batik, Penjualnya Raup Omzet Rp 400 Juta per Bulan

2 Oktober 2020 9:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepatu dan tas The Warna Indonesia. Foto: Instagram @thewarna
zoom-in-whitePerbesar
Sepatu dan tas The Warna Indonesia. Foto: Instagram @thewarna
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Inovasi motif batik telah merambah beragam produk, dari sebelumnya hanya digunakan sebagai bahan pakaian. Seorang perajin skala UMKM asal Pontianak, Kalimantan Barat, menggunakan motif batik untuk produk sepatu.
ADVERTISEMENT
Perajin bernama Dany Anwar itu, memasarkan sepatu motif batik dengan merek The Warna Indonesia. Dany mengaku mampu menjual hingga 3.000 pasang sepatu tiap bulan. Omzet yang dia raup dari penjualan sepatu batik ini pun mencapai Rp 400 juta per bulan.
“Satu bulan itu bisa laku terjual sebanyak 3.000 pasang sepatu batik dengan omzet sekitar Rp 400 juta per bulan,” katanya saat ditemui di Halal Park, Senayan.
Awalnya, Dany terinspirasi membuat sepatu bercorak batik karena memiliki teman yang merupakan perajin sepatu asal Bogor. Dany yang pada tahun 2012 masih berjualan kain batik di Pontianak pun memutuskan untuk mengirim kain jualannya ke Bogor.
Pemilik The Warna Indonesia, Dany Anwar. Foto: Instagram @dany_anwar
Setelah jadi sepatu, baru lah dikirim ke Pontianak lagi. Karena prosesnya yang cukup rumit ini, akhirnya Dany memutuskan untuk merantau ke Bogor dan membangun sendiri usaha sepatu motif batik.
ADVERTISEMENT
“Saya waktu itu masih butuh orang untuk buat sepatu dan kain yang saya jual di Pontianak, saya alihkan semua untuk sepatu,” katanya.
Di tahun 2013 awal, Dany pun membuka sistem pre order untuk pemesanan sepatu batiknya. Sebab, dia mengaku belum memiliki modal untuk membuat sepatu batik dalam jumlah banyak.
Sepatu dan tas The Warna Indonesia. Foto: Instagram @thewarna
Lambat laun, permintaan sepatu batik Dany pun melonjak hingga 300 pasang per bulan. Dia pun memberanikan diri untuk meminjam uang orang tua sebesar Rp 30 juta sebagai modal.
“Itu saya gunakan untuk beli bahan-bahan dan mesin semua,” tuturnya.
Hingga akhirnya, Dany memutuskan untuk mengikuti program Wirausaha Muda Mandiri di akhir tahun 2013. Dia pun menang dan bisa menambah modal penjualan sepatu batik.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, berbagai inovasi pun terus dia lakukan. Salah satunya dengan melebarkan produksi ke tas dan dompet.
“Dulu kendalanya adalah saya masih bekerja sendirian. Jadi tidak ada tim yang bisa membantu, saya jadi keteteran sendiri, hingga akhirnya saya punya tim sendiri dan bisa membantu dalam produksi sekarang ini,” pungkasnya.