Setelah Biodiesel, Kini Bioetanol dari Tebu Ditargetkan Pangkas Impor BBM

10 Oktober 2022 20:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
Kementerian BUMN membentuk Sugar Co di Kebun Tebu Temugiring, Mojokerto, pada Senin (10/10/2022). Foto: Dok. BUMN
zoom-in-whitePerbesar
Kementerian BUMN membentuk Sugar Co di Kebun Tebu Temugiring, Mojokerto, pada Senin (10/10/2022). Foto: Dok. BUMN
ADVERTISEMENT
Program revitalisasi industri gula dan perkebunan tebu nasional, ditargetkan bisa berkontribusi terhadap produksi bioetanol untuk mengurangi impor BBM (Bahan Bakar Minyak). Sebelumnya, pemerintah mencanangkan program Biodiesel atau B20 untuk mengganti BBM dengan produk turunan sawit.
ADVERTISEMENT
Pencanangan program revitalisasi industri gula dan perkebunan tebu nasional, dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir dengan membentuk Sugar Co. Entitas tersebut merupakan konsolidasi 7 perusahaan di bawah PTPN dan 2 cucu usaha sektor perkebunan tebu dan industri gula.
"Kita harus memastikan bahwa Indonesia juga bisa memproduksi bioetanol, karena Ini menjadi bagian untuk menyelesaikan yang namanya importasi BBM yang terus meningkat ke depan," kata Erick Thohir di Mojokerto, Jawa Timur, Senin (10/10).
Terkait bioetanol, Erick menyampaikan bahwa Kementerian BUMN melakukan benchmarking dengan Brasil, di mana mereka sudah bisa mendorong produk turunan dari gula menjadi bioetanol sebagai campuran BBM.
"Tentu yang kita dorong juga ini kita targetkan untuk bisa menghasilkan 1,2 juta kiloliter bioetanol setara minyak mentah, karena itu kita minta Pertamina menjadi off-taker juga," katanya.
ADVERTISEMENT
Kementerian BUMN membentuk Sugar Co di Kebun Tebu Temugiring, Mojokerto, pada Senin (10/10/2022). Foto: Dok. BUMN
Hal ini, lanjut Erick, agar ada kepastian apa yang diproduksi oleh perusahaan gula nasional dan para petani, bisa disinambungkan dengan kebutuhan energi nasional. Upaya tersebut merupakan langkah awal Indonesia untuk bersama-sama mewujudkan produksi bioetanol kepada masyarakat dengan mencampur bioetanol ke BBM.
"Kita juga ingin menciptakan BBM yang ramah lingkungan, seperti yang sudah kita saksikan di Brasil bagaimana langit negara tersebut biru dan lingkungan hidupnya lebih baik," ujarnya.
Erick mengatakan, langkah itu sejalan dengan prioritas pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, yang selalu menekankan bahwa pembangunan ekosistem , ketergantungan Indonesia terhadap rantai pasok dunia untuk pangan dan energi harus diatasi bersama-sama. "Karena itu harus terus didorong bagaimana hilirisasi industri gula, kelapa sawit, nikel ini sudah menjadi kenyataan, bukan hanya sekadar wacana," imbuh Erick Thohir.
ADVERTISEMENT
Erick mendorong Holding PTPN bisa meningkatkan produksi tebu, baik untuk bahan baku gula maupun untuk etanol. Etanol memiliki Research Octane Number (RON) hingga 130-an.
"Kalau bisa mengonsolidasikan bioetanol sebagai substitusi BBM, maka akan memperbaiki keuangan negara, di mana hasil produksi minyak Indonesia dengan kualitas bagus bisa dikirim ke luar negeri," pungkas Erick Thohir.