news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Siasat Perusahaan Migas Tekan Biaya Produksi di Tengah Rendahnya Harga Minyak

6 November 2020 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak Foto: Reuters/Todd Korol
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak Foto: Reuters/Todd Korol
ADVERTISEMENT
Harga minyak yang rendah di masa pandemi membuat perusahaan migas melakukan sejumlah efisiensi untuk menekan biaya produksi. Salah satu perusahaan energi, ConocoPhillips (Grissik) Ltd mengungkapkan sejumlah strategi efisiensi.
ADVERTISEMENT
VP Development ConocoPhillips (Grissik) Ltd Tri Laksono mengatakan, di tengah kondisi yang tak pasti ini, perusahaan cenderung melakukan pemotongan biaya peralatan. Kadang perusahaan-perusahaan migas juga harus mengambil langkah pengurangan karyawan.
“Dalam kondisi seperti ini biasanya ada kecenderungan perusahaan migas melakukan pemotongan biaya. Lebih jauh lagi mengurangi jumlah karyawan,” tuturnya dalam webinar New Paradigm for More Oil & Gas Production, Jumat (6/11).
Namun efisiensi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Hal ini agar tidak menimbulkan persoalan dalam jangka panjang. Selain itu, pihaknya memanfaatkan teknologi untuk meminimalkan pengeluaran yang tinggi.
“Ada kesenjangan perencanaan barang dan jasa. IT itu kami akan gunakan untuk meminimumkan risiko. Itu saya gunakan untuk minimum vendor,” sambungnya.
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas Foto: Wikimedia Commons
Sebelumnya diberitakan, pandemi COVID-19 memukul perekonomian global. Harga minyak ikut ambruk akibat menurunnya permintaan. Pada 21 April 2020, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) bahkan sempat negatif menjadi USD -14,08 per barel.
ADVERTISEMENT
Produksi minyak saat itu jauh melampaui permintaan. Dalam kondisi normal, permintaan minyak mencapai 97 juta barel per hari. Lockdown dan berbagai macam pembatasan sosial membuat permintaan minyak tinggal 70 juta barel per hari pada pertengahan April lalu.
Harga jadi minus karena ada produsen-produsen yang terpaksa harus membayar pembeli agar kegiatan lapangan minyaknya tidak terganggu. Jatuhnya harga minyak hingga minus itu adalah yang pertama kalinya dalam sejarah.
Harga minyak memang perlahan membaik seiring dengan pembukaan kembali aktivitas di berbagai negara yang sempat lockdown. Kini minyak berada di kisaran USD 40 per barel. Tapi ketidakpastian masih membayangi. Sebab, tak diketahui kapan pandemi akan berakhir.