Silicon Valley Bank Runtuh, Harga Bitcoin Nyaris Rp 350 Juta

17 Maret 2023 16:48
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
Runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) mendorong kenaikan aset kripto. Dilansir dari CoinMarketCap, Jumat (17/3), harga Bitcoin (BTC) mencapai USD 26.185 atau sekitar Rp 349 juta (kurs Rp 15.345 per dolar AS) per koin atau naik 6,70 persen dalam sehari. Sementara Ethereum mencapai USD 1.722 per koin atau naik 4,40 persen dalam 24 jam.
Kapitalisasi pasar kripto bahkan tembus USD 1 triliun. Chief Marketing Officer PINTU, Timothius Martin, mengatakan kenaikan aset kripto ini didorong oleh sejumlah hal. Mulai dari sinyal kenaikan suku bunga The Fed hingga bangkrutnya SVB.
"Bahkan aset crypto Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan yang disebabkan oleh dua faktor, yakni pernyataan-pernyataan dari The Fed, Departemen Keuangan AS, dan FDIC terkait Silicon Valley Bank, Signature Bank, hingga pengumuman data tingkat inflasi AS ada pada level 6 persen yang membuat market kripto mulai membaik,” ujar Timo dalam risetnya, Jumat (17/3).
Tak hanya itu, inflasi AS yang mencapai 6 persen di Februari 2023 juga menjadi salah satu sentimen kenaikan aset kripto. Saat ini, investor juga tengah menanti keputusan The Fed di bulan ini.
“Dua katalisator ini yaitu regulator yang turun tangan mencegah krisis keuangan yang lebih luas dan data inflasi disambut positif oleh pasar, dengan BTC menembus level USD 26.000 beberapa jam sejak berita tersebut dirilis," jelasnya,
Timo menjelaskan, pasar global akan mulai kembali membaik/ Hal ini pun dinilai mampu meningkatkan kepercayaan investor kripto dan mengarah pada pemulihan harga aset kripto, meskipun masih ada tantangan yang dihadapi dari sisi regulasi dan juga faktor-faktor eksternal.
“Secara makroekonomi sedang dalam kondisi yang unpredictable ditambah faktor ekonomi global yang turut memberi tekanan, namun regulasi yang mengatur aset kripto di berbagai negara yang semakin positif, serta berkembangnya use-cases crypto/web3, bisa berpengaruh positif terhadap harga aset kripto,” tutup Timo.
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
0 Suka·0 Komentar·
01 April 2020
Silicon Valley Bank (SVB) kolaps alias bangkrut setelah krisis modal selama 48 jam. Para regulator Amerika Serikat (AS) seperti pemerintah, Bank Sentral, dan Lembaga Penjamin Simpanan ikut turut tangan untuk menyelesaikan hal tersebut.
Runtuhnya SVB menjadi kegagalan terbesar bank Amerika Serikat sejak krisis keuangan tahun 2008. Sehingga diprediksi akan menimbulkan efek domino kepada perekonomian global, termasuk industri perbankan.
Mengutip reuters, Senin (13/3), para regulator tersebut mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan, tidak ada dana talangan (bail out) dan tidak ada biaya pembayar pajak yang terkait dengan rencana program pendanaan baru SVB.
Sehingga pemegang saham dan beberapa kreditur tanpa jaminan tidak akan dilindungi dam akan kehilangan semua investasinya.
Penghentian perdagangan saham Silicon Valley Bank (SVB) memicu serangkaian penjualan saham di seluruh sektor perbankan. Salah satu yang terdampak adalah Saham KBW Nasdaq Bank Index yang turun 8 persen pada Jumat (10/3).
***
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.
Baca Lainnya
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
·
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
·
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
·
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
0 Suka·0 Komentar·
01 April 2020
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
0 Suka·0 Komentar·
01 April 2020
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
0 Suka·0 Komentar·
01 April 2020
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
0 Suka·0 Komentar·
01 April 2020
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
0 Suka·0 Komentar·
01 April 2020