Sinyal Kuat Emiten Menara Telekomunikasi yang Kian Ekspansif

12 Agustus 2022 10:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Mitratel
zoom-in-whitePerbesar
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Mitratel
ADVERTISEMENT
Penetrasi digital terus menguat di Indonesia, seiring meningkatnya jumlah pengguna internet. Walaupun pandemi COVID-19 bisa lebih dikendalikan, hal tersebut tidak meredakan kebutuhan akses internet. Hal ini membuat bisnis infrastruktur telekomunikasi, termasuk pemilikan dan pengelolaan menara makin bergairah.
ADVERTISEMENT
Per Februari 2022, Hootsuite merilis data pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta. Sementara Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Juni 2022 merilis adanya peningkatan data pengguna internet di Indonesia jadi 210 juta. Angka penetrasi pengguna internet secara nasional, mencapai 73,7 persen dari total populasi penduduk.
Dengan tren pengguna internet yang terus tumbuh, tentu butuh dukungan infrastruktur telekomunikasi yang kuat dan tersebar luas. Bisnis menara telekomunikasi pun, makin ekspansif. Aksi korporasi terbaru dilakukan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, yang mengakuisisi 6.000 menara dari Telkomsel.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, memberi paparan di acara Media Gathering, Selasa (2/8). Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, menyatakan 6.000 menara yang baru diakuisisi dari Telkomsel itu berada di lokasi-lokasi strategis dan tersebar di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Teddy Hartoko itu menambahkan, "Akuisisi ini menambah alat produksi Mitratel dan menegaskan Mitratel sebagai perusahaan Tower Provider terbesar di Asia Tenggara.”
MTEL Raja Tower Telekomunikasi
Pasca-akuisisi terbaru 6.000 menara Telkomsel, kini jumlah tower milik emiten infrastruktur telekomunikasi itu mencapai lebih dari 34.800. Angka itu melesat dari posisi di akhir 2021 yang jumlahnya masih di angka 28.206. Saat itu, menara telekomunikasi MTEL masih di posisi kedua terbanyak, di bawah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang sebanyak 28.698 dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang sebanyak 20.578.
Kini, Mitratel tak hanya menjadi raja tower di Indonesia dari sisi kepemilikan, namun juga di Asia Tenggara. Mengutip data Tower Xchange, perusahaan berbasis di Malaysia yakni edotco Group yang mengelola 50.000 tower namun hanya sekitar 27.000 yang dimiliki secara langsung. Selebihnya milik pihak lain yang dikelola edotco.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, terdapat empat perusahaan pengelola bisnis menara telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau emiten. Keempatnya tergabung dalam tiga grup bisnis yang menjadi pemain utama.
Pertama, ada Grup Djarum yang menguasai 2 emiten menara yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Di mana 99,96 persen saham SUPR saat ini telah diakuisisi oleh TOWR lewat anak usahanya, Protelindo.
Kedua, ada juga perusahaan menara telekomunikasi milik Grup Saratoga, yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Sedangkan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel sendiri bernaung di bawah Telkom Group atau anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Adapun perusahaan menara telekomunikasi berperan sebagai penyedia infrastruktur bagi operator jaringan seluler (mobile network operators/MNO), seperti Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, Fren, dan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Dari sisi MNO, Telkomsel merupakan penyedia jasa seluler dengan jumlah pelanggan terbesar atau market leader. ‘Saudara kandung’ Mitratel di bawah Telkom Group itu pun, menjadi tenant utama Mitratel.
Prospek Pertumbuhan dan Rencana Ekspansi
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik. Foto: Dok. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk
Dengan menjadi raja menara telekomunikasi, Mitratel punya prospek pertumbuhan bisnis yang masih sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan tenancy ratio perusahaan yang di angka 1,52 kali per posisi Juni 2022 sebelum akuisisi 6.000 tower Telkomsel di bulan Juli 2022. Tenancy ratio merupakan perbandingan jumlah tenant di setiap menara telekomunikasi, terhadap jumlah total menara yang dimiliki perusahaan.
Dengan tenancy ratio tersebut, artinya slot yang bisa dijual ke tenant baru jauh lebih banyak dibandingkan pesaing di industri sejenis. Mari kita bandingkan, pertama dengan TOWR. Pasca-akuisisi SUPR, kini TOWR hanya memiliki total menara mencapai 27.985 unit dengan tenancy ratio 1,89 kali. Kemudian TBIG yang saat ini memiliki total sekitar 20.578 unit menara, dengan tenancy ratio 1,90 kali.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, data-data di industri telekomunikasi menunjukkan tren kenaikan permintaan kapasitas menara. Hal ini setidaknya terlihat dari pertumbuhan tiga aspek pendorong permintaan, yakni data payload yang secara CAGR tumbuh 21 persen pada rentang 2020-2026. Sementara penetrasi 5G juga meningkat sebesar 27 persen hingga 2025, sedangkan IoT Devices akan bertambah hingga 500 juta unit di tahun 2025.
Infografik Target Kinerja Mitratel 2022. Foto: kumparan
Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti mengatakan, Mitratel juga memiliki struktur permodalan yang cukup kuat pasca-IPO. Apalagi tingkat DER (debt to equity ratio) sangat kecil yakni 0,64 kali. Hal ini jauh dari rata-rata industrinya yang berada di kisaran 3 kali.
Dengan begitu ia menilai, dengan kinerja yang kuat ini sangat mendukung Mitratel untuk ekspansi secara inorganic ke depannya.
ADVERTISEMENT
Tren pertumbuhan itu akan semakin mengokohkan capaian-capaian positif Mitratel, yang sudah diraih di 2022. Hingga semester I 2022, pendapatan MTEL tumbuh 15,5 persen, sedangkan EBITDA tumbuh 16,6 persen. Apalagi, sejumlah rencana ekspansi telah disiapkan didukung dengan alokasi belanja modal (Capex) sebesar Rp 14 triliun.
Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama, memaparkan belanja modal sebesar itu disiapkan untuk sejumlah aksi korporasi yang tidak akan berhenti hanya di penguasaan menara telekomunikasi. Ia mengungkapkan sudah ada target yang dicanangkan di 2022.
Direksi Mitratel atau PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, (kiri ke kanan) Direktur Bisnis, Noorcahyati Candrasuci; Direktur Utama, Theodorus Ardi Hartoko; Direktur Investasi, Hendra Purnama. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Adapun target pendapatan tersebut lebih besar dari target awal perseroan yang sebelumnya dipatok 10-11 persen di tahun ini. Di mana, pendapatan Mitratel di tahun lalu sebesar Rp 6,87 triliun.
Hendra menyebut, dana capex tersebut akan dialokasikan Mitratel, salah satunya untuk membangun menara baru hingga 1.000 unit sepanjang 2022 dari sebelumnya 750 menara baru. Begitu juga dengan target pembangunan fiber optic yang ditambahkan menjadi 9.000 km dari sebelumnya hanya 6.000 km hingga akhir 2022.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, sampai dengan semester I 2022 saja, Mitratel sudah memperoleh pesanan fiber optic sebanyak 8.000 km. "Jadi, kami yakin hingga akhir tahun ini bisa bangun 9.000 km fiber optic di seluruh Indonesia," ucap Hendra.