SKK Migas: Hulu Migas Bukan Industri Sunset!

15 November 2022 17:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menegaskan industri hulu migas di Indonesia belum memasuki kategori sunset atau industri yang sudah mulai tenggelam.
ADVERTISEMENT
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan migas masih sangat diperlukan di seluruh dunia. Hal ini dibuktikan ketika perang Rusia dan Ukraina meletus, Eropa mengalami krisis energi yang merembet kepada lonjakan harga migas.
"Industri hulu migas ini belum sunset, justru saya lihatnya beberapa tahun ke depan sunrise ini," ujarnya saat konferensi IOG 2022 di Jakarta, Selasa (15/11).
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal juga menegaskan bahwa industri hulu migas di Indonesia belum sunset.
SKK Migas mengunjungi industri pendukung usaha hulu migas di Batam. Foto: SKK Migas
Hal ini terlihat dari berbagai perhelatan konvensi migas internasional masih banyak diminati. Salah satunya Abu Dhabi International Petroleum and Conference (ADIPEC) yang baru saja diselenggarakan awal November 2022 lalu.
"Kalau kita ke sana pasti yakin industri migas itu enggak sunset, kalau seandainya industri ini dibilang sunset kita tidak usah produksi lagi aja, satu dunia ini mati krisis energi," ungkap Kemal.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga akan melakukan agenda serupa, yaitu 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022). Ajang ini seiring dengan target lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) temukan cadangan migas baru di tiga lokasi: sumur Eksplorasi R-2 offshore Aceh bagian Barat, Bajakah-001 yang terletak di onshore Jawa Barat bagian Utara, dan Markisa-001 yang terletak di onshore Salawati Papua. Foto: Pertamina
Salah satu topik yang akan dibahas adalah peningkatan investasi di sektor hulu migas nasional. Menurut SKK Migas, dibutuhkan dana investasi hingga USD 160 miliar atau setara Rp 2.484 triliun untuk mencapai target lifting tersebut.
Perhelatan internasional tersebut, lanjut Kemal, menunjukkan bahwa industri hulu migas masih sangat menarik di mata para investor. Hal ini pun harus dimanfaatkan pemerintah dengan menyiapkan berbagai insentif dan fasilitas.
"Kita ingin menunjukkan itu artinya aktivitas di industri hulu migas masih sangat menarik. Kita siapkan aktivitas-aktivitas seperti apa, kemudian data-data juga akan semakin mudah diakses," pungkasnya.
ADVERTISEMENT