SKK Migas Sebut Fasilitas LNG Blok Masela Tekan Ongkos Logistik Indonesia Timur

27 September 2024 20:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi blok masela. Foto: SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi blok masela. Foto: SKK Migas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai pengembangan proyek LNG Abadi Masela bisa membantu menekan ongkos logistik di wilayah Indonesia timur.
ADVERTISEMENT
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menuturkan salah satu kendala pengembangan sebuah blok migas biasanya dari sisi non teknis. Misalnya, untuk kasus Blok Masela yakni dilepasnya hak partisipasi Shell yang kemudian dicaplok oleh PT Pertamina (Persero) dan Petronas.
Pertamina mengempit 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas sebesar 15 persen. Keduanya bergabung dengan Inpex Corporation yang masih menggenggam saham 65 persen.
Selain itu, Wahju menyebutkan kendala proyek Blok Abadi Masela yang sempat terbengkalai selama kurang lebih 20 tahun ini juga disebabkan oleh perubahan skenario pengembangan.
Awalnya, fasilitas gas alam cair (LNG) Abadi Masela rencananya dibangun di lepas pantai alias Floating LNG (FLNG). Namun, pemerintah memutuskan mengubahnya menjadi di darat alias Onshore LNG (OLNG). Wahju menilai, keputusan itu sudah tepat.
ADVERTISEMENT
"Dulu maunya FLNG akhirya OLNG, tapi saya sampai saat ini juga sepakat bahwa yang terbaik untuk INPEX itu OLNG," ungkapnya saat media briefing di Jakarta Selatan, Jumat (27/9).
Wahju menyebutkan, salah satu keuntungannya adalah pengembangan pusat perekonomian baru di wilayah Indonesia timur. Adapun LNG Plant Abadi Masela akan dibangun di Pulau Saumlaki, Kepulauan Tanimbar di Provinsi Maluku.
"Semoga saja kita nanti punya kota besar di daerah Saumlaki untuk saudara-saudara kita yang di daerah timur sana, dengan adanya itu nanti ada jetty, akan ada pelabuhan di sana, logistik di sana akan menjadi lancar," tuturnya.
Hal ini, kata Wahju, akan berbeda jika fasilitasnya dibangun di lepas pantai. Dia mencontohkan sama halnya dengan pembangunan Terminal Regasifikasi LNG Arun di Provinsi Aceh, serta Kilang LNG PT Badak NGL di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
"Kalau tidak ada Arun, tidak ada Bontang LNG, tidak ada dua kota itu, tidak akan pernah ada, masih hutan sampai sekarang. Tapi dengan dibangunnya itu berkembanglah di sana ada peradaban, di Arun juga ada pusat perekonomian baru," tegas Wahju.
Dengan demikian, dia berharap dengan berkembangnya pusat kota baru di Maluku dengan pengembangan proyek LNG Abadi Masela, maka ongkos logistik di wilayah timur bisa semakin di tekan.
Tak hanya menguntungkan sektor hulu migas, menurutnya, hal ini juga akan terasa efek gandanya (multiplier effect) kepada sektor lain, sebab infrastruktur penunjang dipastikan akan semakin matang.
"Kalau pelabuhan di sana banyak, nanti pelayanan logistik banyak, di sana itu bisa meng-cut itu semua dan itu tidak hanya dinikmati oleh industri hulu migas saja tapi dinikmati oleh penduduk yang ada di sana dengan adanya proyek PSN INPEX ini," tandas Wahju.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, proyek gas raksasa di Blok Masela, LNG Abadi, resmi dimulai usai digantung lebih dari 20 tahun. Kick off Project Management Team (PMT) Proyek LNG Abadi berlangsung pada Kamis (28/12/2023), bersama SKK Migas menjadi penanda jalannya proyek strategis nasional (PSN) ini.
Jalannya proyek ini setelah pemerintah, yaitu Kementerian ESDM, menyetujui revisi Plan of Development (POD) yang menyertakan komponen carbon capture storage (CCS) ke dalam revisi POD tersebut. Investasi proyek ini mencapai miliar atau setara Rp 324 triliun.
Volume produksi LNG tahunan proyek LNG Abadi diperkirakan akan mencapai 9,5 juta ton. Proyek ini juga memiliki potensi untuk penyimpanan CO2 bahkan menjadi CCS Hub dengan kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 juta ton dan Kapasitas Penyimpanan 1,2 gigaton.
ADVERTISEMENT