SKK Migas Yakin Penerimaan Negara dari Hulu Migas Lampaui Target di 2024

21 Juli 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Kamis (31/11). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Kamis (31/11). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi penerimaan negara dari sektor hulu migas bisa melampaui target pada tahun 2024 ini.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyebutkan realisasi penerimaan negara hingga semester I 2024 mencapai USD 7,6 miliar. Dia memperkirakan realisasi hingga akhir tahun bisa tembus USD 13,6 miliar atau 5 persen di atas target.
"Diperkirakan nanti sampai akhir tahun akan mencapai USD 13,6 miliar, dari target USD 12,9 miliar," ungkap Dwi saat konferensi pers, dikutip Minggu (21/7).
Dwi menjelaskan, realisasi cost recovery di semester I 2024 masih terkendali di angka USD 3,3 miliar. Targetnya, cost recovery di akhir tahun ini sebesar USD 8,05 miliar, masih di bawah alokasi sebesar USD 8,25 miliar.
Meski demikian, dia mengakui proyeksi investasi di hulu migas tidak akan mencapai target yang ditetapkan sebesar USD 17,7 miliar, yakni diperkirakan hanya mencapai USD 15,7 miliar atau 89 persen dari target.
ADVERTISEMENT
"Investasi sampai dengan semester I adalah USD 5,6 miliar, dan diperkirakan saat akhir tahun menjadi USD 15,7 miliar, ini masih lebih baik dari tahun 2023," tutur Dwi.
Dwi menegaskan, proyeksi investasi hulu migas di tahun ini masih lebih tinggi 15 persen dari realisasi sepanjang tahun 2023 yang sebesar USD 13,7 miliar, dan lebih baik dari peningkatan investasi global yang berkisar 5 persen setiap tahun.
Proyeksi tersebut didasarkan kepada perkembangan harga minyak mentah yang diperkirakan akan bergerak moderat di tahun ini. Dwi menjelaskan hal tersebut dipengaruhi pengendalian produksi minyak mentah oleh OPEC.
"Sama-sama kita lihat bahwa diperkirakan di 2024 sekitar USD 81 per barel, Brent USD 84 per barel, tapi tahun depan diperkirakan mungkin sekitar USD 80 per barel," ujar Dwi.
ADVERTISEMENT