Smelter Freeport di Gresik Bakal Pasok Pembangkit Energi Terbarukan

23 September 2024 19:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/5/2024). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/5/2024). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Fasilitas pengolahan mineral atau smelter tembaga kedua milik PT Freeport Indonesia (PTFI) akhirnya resmi berproduksi hari ini, Senin (23/9). Produksi katoda tembaga dari smelter itu salah satunya digunakan untuk memasok kebutuhan komponen kendaraan listrik dan memasok energi terbarukan.
ADVERTISEMENT
Smelter yang berada di Java Integrated Industrial Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, itu memiliki kapasitas pemurnian 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan smelter tersebut merupakan pelaksanaan dan pemenuhan komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) tahun 2018.
Smelter pertama milik PTFI yakni PT Smelting yang juga berada di Gresik dan baru saja bertambah kapasitasnya akhir tahun lalu. Kedua smelter akan memurnikan total 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun.
"Ini adalah bagian dari program hilirisasi yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, dan juga untuk men-supply kebutuhan akan tembaga, terutama untuk ekosistem electric vehicle (EV), dan juga untuk kebutuhan transisi energi," ujarnya saat peresmian produksi smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Senin (23/9).
ADVERTISEMENT
Tony melanjutkan, katoda tembaga yang dihasilkan kedua smelter perusahaan dapat memenuhi kebutuhan untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
"Kalau untuk PLT Surya itu sekitar 200 gigawatt, kalau untuk PLT Bayu itu bisa untuk 600 gigawatt, kalau untuk PLT hydro atau air itu sekitar 800 gigawatt setiap tahunnya," jelasnya.
Pekerja melintas di dekat proyek Smelter Freeport di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated and Industrial Port Estate (KEK JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Sabtu (25/5/2024). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
Pasokan tembaga yang dimurnikan di smelter berasal dari tambang PTFI di Timika, Papua, yang merupakan tambang bawah tanah terbesar di dunia.
Tony melanjutkan, smelter PTFI tersebut nantinya akan mempekerjakan kira-kira 2.000 orang, terdiri dari 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung PTFI saat beroperasi penuh.
"Selama masa konstruksi itu telah mempekerjakan tenaga konstruksi yang kumulatif jumlahnya mencapai 40.000 tenaga kerja," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Perusahaan, kata dia, melakukan pemancangan tiang pertama di lokasi smelter pada Oktober 2021. Sehingga proyek tersebut membutuhkan total 3 tahun 4 bulan untuk akhirnya selesai konstruksi pada akhir Juni 2024 lalu. Total investasinya mencapai Rp 56 triliun.
Smelter kedua PTFI sekaligus menjadi smelter tembaga single line terbesar di dunia. Hal ini, menurut Tony, menjadikan PTFI sebagai perusahaan tambang tembaga hulu-hilir terbesar di dunia.